Sabtu, 26 September 2009

Bidayatul Hidayah

Muqaddimah BIDAYATUL HIDAYAH
Dengan menyebut nama Allah Yung Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
“Katakanlah sesungguhnya petunjuk yang benar adalah milik Allah”
Berkata seorang Syekh yang besar, imam yang sangat terkemuka, Al-Alim Al-Allamah, pembela Islam, pembawa banyak berkah bagi manusia, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al-Ghozali, semoga Allah mensucikan ruh beliau dan menyinari kuburnya. Amin

 
Segala puji dan syukur untuk Allah dengan sebenar-benarnya pujian, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada makhluk-Nya yang terbaik, yaitu Nabi Muhammad SAW, seorang utusan dan hamba Allah  yang telah mengemban risalah dengan sebaik-baiknya, juga kepada segenap keluarga dan para sahabatnya, serta para generasi yang hidup pada masa setelahnya.
Ketahuilah, wahai orang  yang bersemangat dalam menimba ilmu agama, yang terlihat dari dirinya kesungguhan cinta dan tingginya dahaga kepada pengetahuan agama;  bahwa jika engkau di dalam mencari ilmu memiliki tujuan untuk bersombong, merasa lebih dari orang lain, mencari pujian di hadapan manusia dan mengumpulkan materi dunia dengan memperalat ilmu agama untuk kepentingan nafsu belaka, maka sesungguhnya engkau telah melangkah dalam menghancurkan agamamu, merusak jati dirimu dan menjual akhiratmu demi duniamu. Dengan demikian, maka akan rugi “perdagangan” agamamu dan akan rusak urusan akhiratmu, bahkan orang yang mengajarkan agama kepadamu seakan-akan telah menolongmu di dalam melaksanakan kemaksiatan. Dia seakan-akan telah menemanimu di dalam kerugian dan dia tidak jauh beda dengan orang yang menjual pedangnya kepada para perampok yang ingin mem­bunuhnya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW
“Barang siapa membantu sebuah kemaksiatan walaupun hanya dengan separuh kata, maka dia mendapatkan dosa yang sama dengan orang yang melakukannya “.
Adapun jika tujuanmu di dalam mencari ilmu adalah untuk menggapai ridha Allah dan mencari lentera hidayah dalam beribadah, bukan sekedar untuk mengetahui ataupun bercerita, maka herbahagialah engkau! Tataplah keberuntunganmu di hari kiamat yang pasti akan gemilang. Para malaikat senantiasa akan membentangkan sayapnya untukmu di setup perjalanan serta ikan-ikan di lautan akan membacakan istighfar untukmu di dalam setiap gerakanmu.
Hanya saja sebelum melangkah lebih lanjut, ketahuilah bahwa sesungguhnya hidayah (petunjuk Allah) adalah buah hasil dari pengamalan ilmu pengetahuan agama, dan bahwasanya hidayah tersebut memiliki permulaan dan akhiran, memiliki tingkatan dan urutan, meliputi bagian luar dan bagian dalam. Sekali-kali engkau tidak akan pernah sampai ke puncaknya, kecuali setelah engkau mendaki bukit kecilnya, engkau tidak akan dapat menemukan kedalaman hakikatnya kecuali setelah memahami bagian luarnya
Ketahuilah, dengan kitab ini aku ingin menunjukkan kepadamu permulaan-permulaan hidayah, agar engkau melatih hawa nafsumu dengan mengamalkan seluruh isinya, agar mengukur kebenaran pengakuanmu dengan mengistiqamahkan kandungan dan tuntunannya, dan agar menguji hatimu di dalam mengimplementasikan seluruh ilmunya. Jika engkau mendapat­kan hatimu tertarik kepada permulaan hidayah yang akan aku jelaskan dalam kitab ini, atau engkau mendapatkan motivasi yang tinggi karena membacanya dan hawa nafsumu tunduk serta menerimanya, maka bergegaslah engkau untuk mendaki bukit­-bukit hidayah, agar engkau segera mencapai puncaknya. Menyelamlah di dalam berbagai lautan ilmu agar engkau menemukan berbagai rahasianya. Namun apabila engkau mendapatkan hatimu menunda-nunda di dalam mengamalkan isinya, padahal ia berkali-kali selalu mendengar ajakan untuk berbuat kebaikan, maka ketahuilah bahwa nafsu yang mengajak menuntut ilmu tersebut, adalah nafsu jelek yang mengajak menuntut ilmu hanya demi memuaskan kepentingan syahwat belaka, dan semangat yang telah ia tampakkan hanyalah demi menuruti bisikan setan yang terkutuk saja. Berhati-hatilah, karena pada akhirnya ia akan menjeratmu dengan tali tipuannya, lalu ia akan menjerumuskan dirimu ke dalam jurang kerugian. Sadarlah bahwa dia telah bermaksud menawarkan kepadamu keburukan dalam merk dan label kebaikan, dan sedang mem­promosikan kesalahan dalam tampilan kebenaran. Semua itu ia lakukan dengan gigih kepadamu agar ia mampu menipumu tanpa engkau sadar, sehingga ia dapat memasukkan dirimu ke dalam golongan orang-orang yang merugi sementara engkau merasa beruntung, sebagaimana firman Allah :
“Katakanlab (Muhammad), Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatannya?’ (Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-­baiknya.”(QS. Al-Kahf/18: 103-104).
Sadarilah bahwa ketika melakukan penyesatan tersebut, setan akan selalu membisikkan dan mendengungkan kepadamu berbagai keutamaan ilmu dan keagungan derajat para ulama, ia selalu menyuarakan di telingamu berbagai keterangan yang menjelaskan kemuliaan ilmu dan para ahlinya atau dengan kalimat-kalimat lainnya. Sementara itu, ia melalaikan kesadaran­mu dari hadis-hadis yang menjelaskan bahaya orang yang ber­ilmu tetapi tidak mengamalkan ilmunya. Ia melupakan dirimu dari sabda Rasulullah SAW berikut ini:
“Barang siapa yang bertambah ilmu, namun tidak bertambah hidayah (amal) maka ia bertambah jauh dari Allah”.
Ia melalaikan dirimu dari sabda Rasulullah SAW berikut ini :
“Manusia yang paling pedih siksanya di hari kiamat adalah orang alim yang tidak bermanfaat ilmunya”
Dia melalaikan dirimu dari sabda Rasulullah SAW yang mengandung doa berikut ini :
“Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dan ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu; dari amal yang tidak terkabul, dan dari doa yang tidak  didengar (di sisi Al lahSWT)”.-
Dan ia juga melupakan dirimu dari sabda Rasulullah berikut ini :
“Ketika aku isra’ dan mi’raj aku melihat segolongan manusia yang bibir mereka dipotong-potong dengan gunting dari neraka. Aku bertanya, “Siapa kalian?” Mereka menjawab, “Kami adalah orang-orang yang memerintah kebaikan tetapi kami tidak melaksanakannya dan kami melarang keburukan tetapi kami justru melakukannya”.
Wahai saudaraku, orang yang tidak mempelajari ilmu agama pastilah akan celaka, begitu pula orang yang alim tetapi tidak mengamalkan ilmunya, dia akan lebih celaka seribu kali lipat. Oleh karenanya, hati-hatilah! Jangan engkau tunduk pada tipu daya setan karena la akan membelenggumu dengan tali tipuannya dan akan mencelakakan dirimu dengan cara buruknya.
Kemudian ketahuilah bahwa sesungguhnya para ahli ilmu (baik para santri, kiai, ulama, ustad dlan kaum intelek lainnya), di dalam belajar, mengajar dan menyebarkan ilmu, terbagi menjadi tiga kelompok:
Pertama:
Yaitu kelompok orang-orang yang mencari ilmu agama untuk menjadikan ilmu tersebut sebagai bekalnya menuju akhirat. Ia tidak bertujuan apa pun kecuali mencari ridha Allah SWT dan kebahagiaan di akhirat. Kelompok ini adalah yang paling beruntung di antara kelompok yang lain.
Kedua:
Yaitu kelompok orang-orang yang mencari ilmu agama sebagai alat di dalam meraih kesenangan duniawi, untuk mendapatkan kemuliaan dan pujian manusia serta untuk mendapatkan kedudukan,  harta dan kemewahan. Walaupun begitu, mereka mengetahui dan menyadari bahwa maksud itu adalah salah dan menjadi tanda buruknya niat, mereka juga mengakui bahwa di dalam hatinya terdapat maksud yang kotor serta tujuan yang sangat murahan. Kelompok ini termasuk golongan yang mengkhawatirkan. Mereka di antara dua kemungkinan.
Yang pertama; apabila ajal menjemput mereka, sebelum mereka sempat bertobat, maka dikhawatirkan bagi mereka akhiran yang buruk (su’ul­khatimah) dan nasib mereka di hari kiamat terserah kepada kehendak Allah SWT.
Yang Kedua, jika ia menerima taufiq (pertolongan untuk bertobat) sebelum datangnya ajal lalu ia mampu beramal sesuai dengan ilmunya dan menyesali segala kekurangannya di masa yang lalu, maka baginya ter­dapat harapan besar bahwa suatu saat la akan digabungkan dengan orang-orang yang beruntung. Berdasarkan sabda Rasulullah
“Orang yang bertobat dari dosa, (maka diampuni segala dosanya) seperti orang yang tidak mempunyai dosa “
Ketiga:
Yaitu kelompok orang-orang yang mencari ilmu agama sebagai alat untuk menumpuk harta, untuk berlaku sombong dan mengejar kedudukan. Dia merasa paling hebat karena banyaknya pengikut serta memperalat ilmunya untuk meraih setiap tujuan dunia. Sementara dengan semua kesalahan itu, semua keburukan itu, ia merasa memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT. Karena ia merasa berpakaian dengan pakaian ulama, dan bergaya dengan gaya mereka, baik di dalam ucapan maupun formalitas, ditambah lagi dengan kegilaan mereka kepada dunia yang fana. Secara lahir maupun batin, dalam sudut pandang apa pun, kelompok ini adalah kelompok orang­-orang celaka dan bodoh yang tertipu dengan perasaan bangga kepada diri sendiri. Kelompok ini harapan tobatnya telah terputus, karena mereka tidak merasa bersalah bahkan mereka berprasangka bahwa mereka adalah orang-orang yang telah berbuat kebaikan. Mereka lupa terhadap firman Allah SWT :
“Wahai orang-orang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”(QS Ash-Shaff/61: 2-3)
Mereka itu juga termasuk golongan ulama suu’ yang di­khawatirkan bahayanya untuk umat, oleh Rasulullah SAW, se­bagaimana dalam sabda beliau :
“Ada sesuatu yang lebih aku takuti fitnahnya untuk kalian dari pada dajjal, para sahabat bertanya, ‘Apa itu wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Para ulama yang jelek “
Hal demikian itu alasannya ialah karena dajjal telah jelas statusnya, nyata kesalahannya dan dengan gamblang diketahui penyesatannya. Lain halnya dengan para ulama jelek ini, mereka mengajak manusia berpaling dari  dunia dengan lisan dan ucapan, sedang dalam tindakan dan perilaku mereka mengajak manusia untuk mencintai dunia. Padahal pengaruh bahasa sikap lebih tajam daripada pengaruh bahasa lisan, dan juga watak manusia akan lebih mudah mengikuti perbuatan daripada mengikuti perkataan. Akibatnya, kerusakan-­kerusakan yang ditimbulkan oleh perbuatan mereka lebih banyak daripada kebaikan-kebaikan yang ditimbulkan oleh perkataan-perkataan mereka. Sebab masyarakat awam (tidak berilmu) tidak akan berani mencintai dunia, kecuali akibat dari keberanian para ‘ulama suu’ di dalam mencintainya. Sehingga ilmu mereka telah menjadi sebab atas keberanian masyarakat untuk melanggar hukum-hukum Allah SWT. Lebih fatal lagi, di atas semua itu nafsu mereka yang bodoh selalu mengajak mereka untuk berangan-angan yang tinggi di sisi Allah SWT, mendorong mereka kepada perasaan telah berjasa kepada-Nya dengan ilmu mereka, dan hawa nafsu mereka menggambarkan kepada mereka bahwa mereka lebih baik dari kebanyakan manusia.
Oleh karena itu, jadilah engkau orang yang termasuk dalam kelompok pertama dan berhati-hatilah, jangan sampai engkau termasuk di dalam kelompok kedua! Janganlah engkau menunda-nunda tobatmu! Berapa banyak mereka yang sering menunda-nunda akhirnya meninggal dunia sebelum dia ber­tobat, maka celakalah dia dan terputuslah seluruh harapannya. Dan awas! Jangan sampai engkau termasuk kelompok yang ketiga, karena dengan menjadi anggota kelompok ini engkau akan merugi dengan kerugian yang tiada menyisakan ke­sempatan untuk berbenah lagi, bahkan engkau akan celaka dengan kerugian yang tidak diharapkan keberuntungannya lagi. Golongan ini tidak dapat ditunggu kebaikannya untuk selama­-lamanya.
Jika engkau bertanya, “Lalu apakah permulaan hidayah itu? Tunjukkan kepadaku, agar aku dapat menguji nafsuku dengan mengamalkannya!”.  Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya permulaannya adalah takwa kepada Allah SWT secara lahiriyah dan puncaknya adalah takwa kepada-Nya secara batiniyah. Yakinlah bahwa tiada keberuntungan yang hakiki dan abadi kecuali dengan ketakwaan sebagaimana tiada hidayah yang sejati kecuali bagi orang-orang yang telah bertakwa dengan sebenar-benarnya.
Adapun takwa secara definitif, sebagaimana keterangan para ulama ialah, “Perwujudan dari melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya dengan konsisten yang sebenar-benarnya.”
Inti takwa meliputi dua bagian; Pertama yaitu melak­sanakan segala perintah Allah SWT dan kedua adalah menjauhi segala larangan-Nya. Aku akan menunjukkan kepadamu dua bagian takwa lahir tersebut dengan penjelasan yang singkat dan akan aku tambah lagi dengan satu bagian yang berhubungan dengan amal hati agar kitab ini terasa lebih lengkap dan men­cukupi.


===

Petikan dari Kitab Bidayatul Hidayah

Imam Abdullah bin al-Mubarak R.A. telah meriwayatkan di dalam kitab Al-Zuhd dengan sanad beliau daripada seorang lelaki iaitu khalid bin Maadan yang pernah berkata kepada Muaz:
“Wahai Muaz! Ceritakanlah kepadaku sebuah hadith yang pernah engkau dengar daripada Rasulullah s.a.w..
Lalu Muaz menagis sehingga aku sangka ia tidak dapat berhenti tetapi akhirnya Muaz berhenti daripada tangisannya kemudian lalu Muaz berkata: Aku mendengar Rasulullah s.a.w. pernah bersabda kepadaku:
Wahai Muaz! Sebenarnya aku mahu ceritakan kepada kamu sebuah hadith jikalau engkau mampu memeliharanya pasti ia akan memberi manafaat akan dikau di sisi Allah tetapi jika engkau mensia-siakannya dan tidak memeliharanya maka akan terputuslah hujahmu di hadapan Allah pada hari kiamat nanti.
Wahai Muaz! Sesungguhnya Allah s.w.t. telah menjadikan tujuh orang malaikat sebelum ia menciptakan langit dan bumi lalu ditentukannya pada setiap langit seorang malaikat daripada mereka untuk menjaga pintu langit tersebut. Lalu naiklah malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba yang dilakukannya mulai dari pagi sampai ke petang. Amalan tersebut mempunyai nur bagaikan cahaya matahari, sehingga apabila malaikat Hafazhah yang membawa amalan hamba itu sampai ke langit pertama. Mereka menganggap bahawa amalan itu baik dan sangat banyak lalu berkata malaikat penjaga langit pertama itu bagi malaikat Hafazhah:
“Pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya. Akulah malaikat penjaga ghibah (mengumpat). Allah telah menyuruhku supaya aku tidak membiarkan amalan orang yang mengumpat orang lain itu dapat melalui aku untuk terus naik ke atas”
Kemudian datang pula malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba. Mereka menganggap bahawa amalan itu sangat baik dan sangat banyak (malaikat itu berjaya melintasi langit yang pertama kerana orang yang mengerjakan amalan tersebut tidak terlibat dengan dosa mengumpat orang) sehingga mereka sampai ke langit yang kedua lalu berkata malaikat penjaga langit yang kedua itu:
“ Berhenti kamu di sini dan pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang mengerjakanya kerana ia mengkehendaki dengan amalannya akan mendapat keuntungan dunia. Allah telah menyuruhku supaya tidak membiarkan amalan orang seperti ini melintasi aku untuk terus naik ke atas. Selain daripad itu ia juga suka membesarkan diri di dalam majlis perjumpaan. Akulah malaikat penjaga kebesaran.”
Kemudian naik pula malaikat Hafazhah membawa amal seseorang hamba yang penuh dengan sinaran dan cahaya daripada pahala sedekah, sembahyang, puasa. Para malaikat Hafazhah merasa hairan melihat keindahan amalan tersebut lalu mereka membawa amalan itu ( melintasi langit yang pertama dan kedua) sehingga sampai ke pintu langit yan ketiga maka berkata malaikat penjaga langit ketiga itu:
“ Berhenti kamu di sini dan pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya. Akulah malaikat takbur. Allah menyuruhku supaya idak membiarkan amalan orang yan takbur dapat melintasiku. Orang itu sangat suka membesarkan diri di dalam majlis orang ramai.”
Kemudian naik pula malaikat Hafazhah membawa amal seseorang hamba. Amal itu bersinar-sinar seperti bersinarnya bintang yang berkelip-kelip. Baginya suara tasbih, sembahyang, puasa, haji dan umrah. Para malaikat Hafazhah berjaya membawa amalan itu sehingga sampai ke pintu langit yang keempat maka berkata malaikat penjaga kangit keempat itu:
“ Berhenti kamu di sini dan pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya, belakang dan juga perutnya. Akulah malaikat ‘ujub. Allah menyuruhku supaya tidak membiarkan amalan orang yang ‘ujub dapat melintasiku. Ia beramal adalah dengan dorongan perasaan ‘ujub terhadap dirinya.”
Kemudian nai pula malaikta Hafazhah membawa amal seseoranghamba sehingga mereka berjaya sampai ke pintu langit yang kelima seolah-olah amalan itu pengantin yang dihantar (disanbut) ke rumah suaminya (maksudnya amalan itu berseri-seri) lalu berkata malaikat penjaga langit yang pertama:
“ Berhenti kamu dan pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya dan campakkanya di atas tengkoknya. Akulah malaikat hasad, ia sangat hasud kepada orang berlajar ilmu dan beramal seperti amalanya. Ia hasut akan orang lain yang melakukan sebarang kelebihan di dalam ibadat, ia juga mencela mereka. Allah menyuruhku supaya aku tidak membiarkan amalan orang yang hasud ini melintasi aku.”
Kemudian naik pula malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba. Baginya cahaya seperti bulan purnama daripada sembahyang, zakat, umrah, jihad dan puasa. Malaikat Hafazhah berjaya membawa amalannya sehingga sampai ke langit yang keenam lalu berkata malaikat penjaga langit tersebut:
“ Berhentilah kamu dan pukulkan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya kerana ia tidak belas kasihan kepada hamba-hamba Allah yang terkena bala dan kesusahan bahkan ia merasa gembira dengan demikian. Akulah malaikat rahmat. Allah menyuruhku supaya tidak membiarkan amalan orang yang seperti ini tidak melintasi aku.”
Kemudian naiklah pula malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba. Amalan itu sembahyang, puasa, nafkah, jihad dan warak. Baginya bunyi (maksudnya bunyi zikir) seperti bunyi lebah dan baginya cahaya seperti cahaya matahari dan naiklah bersama dengan amalan itu tiga ribu malaikat. Mereka telah berjaya membawanya sehingga sampai ke pintu langit yang ketujuh maka berkata malaikat penjaga pintulangit tersebut:
“ Berhentilah kamu dan pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya bahkan pukulkan pula akan seluruh anggota badannya dan tutupkan ke atas hatinya. Akulah malaikat zikir ( seorang yang beramal dengan tujuan supaya disebut-sebut oleh orang lain). Aku akan menghalang amalan orang riak dari sampai kepada Tuhanku. Ia bukan beramal bukan kerana mencari keredhaan Allah tetapi hanya bertujuan supaya mendapat tempat yang tinggi di hati para fukaha dan supaya disebut di kalangan para ulama dan supaya masyhur namanya di merata tempat. Allah menyuruhku supaya tidak membiarkan amalan orang yang riak itu melintasi aku, kerana setiap amalan yang tidak ikhlas adalah riak dan Allah tidak akan menerima amalan orang yang riak.”
Kemudian naik pula malaikat Hafazhah dengan amalan seseorang hamba. Amalan itu berupa sembahyang, zakat, puasa, haji, umrah, akhlak mulia, banyak berdiam (daripada perkara yang tidak berguna) dan banyak berzikir. Amalan hamba ini diusung oleh para malaikat penjaga tujuh petala langit sehingga mereka melintasi segala halangan dan sampai kepada Allah. Para malaikat itu berhenti di hadapan Allah dan bersaksi dengan keikhlasan dan kebaikan amalan tersebut lalu Allah ber firman kepada paraa malaikat –Nya:
“ Kamu adalah yang bertugas menjaga amalan hambaKu ini dan sebenarnya Aku lebih mengetahui dengan segala isi hatinya. Ia sebenarnya tidak mengkehendaki akan Aku dengan amalannya tersebut. Ia hanya mengkehendaki sesuatu yang lain daripadaKu oleh kerana itu maka Aku turunkan ke atasnya akan laknatKu.”
Lalu para malaikat tadi berkata:
“Ke atasnya laknatMu dan juga laknat kami.” Lalu melaknat akan dia oleh tujuh petala langit dan seisinya.
Mendengar sabda Rasulullah s.a.w. ini lalu Muaz menangis seraya berkata: “Engkau adalah Rasulullah s.a.w. sedangkan aku adalah Muaz (hamba Allah yang bukan Rasul). Maka bagaimana aku dapat selamat dan sejahtera”. Lalu Rasulullah s.a.w. menjawab:
“Hendaklah engkau ikuti aku walaupun hanya dengan sedikit amalan. Wahai Muaz jaga lidahmu baik-baik daripada mencela saudaramu yang membaca al-Quran (golongan ulama) dan pertanggungkanlah segala dosamu ke atasmu dan jangan engkau mempertanggungkan dosamu ke atas mereka dan jangan engkau menganggap dirimu bersih dan jangan pula engkau mencela orang lain dan jangan engkau memuji dirimu di hadapan mereka. Dan jangan engkau campurkan urusan dunia di dalam urusan akhirat. Dan jangan engkau menyombong diri di dalam majlis nanti orang ramai akan takut kepadamu kerana kejahatanmu dan jangan engkau berbisik kepada seseorang sedangkan seorang lagi ada di sisimu dan jangan engkau membesarkan dirimu, maka akan terputus daripadamu segala kebaikan di dunia dan di akhirat. Dan jangan engkau carikkan (pecah belah) akan manusia, maka mencarik akan dikau oleh anjing-anjing api neraka pada hari kiamat nanti.
Allah berfirman yang bermaksud:
“ Demi yang mencarik dan carikkan .” al-Nazi’at: 2
Apakah engkau ketahui wahai Muaz siapakah mereka yang mencarik itu? Muaz bertanya: “Ya Rasulullah, sebenarnya siapa mereka?” Lalu Nabi s.a.w. menjawab: “Itulah anjing-anjing garang di dalam api neraka yang akan mencarikkan daging sehingga sampai ke tulang.”
Muaz bertanya: “Ya Rasulullah siapakah yang mampu melaksanakan segala perkara yang engkau sebutkan tadi? Dan siapakah yang akan selamat daripada seksaan itu?” Nabi s.a.w. mwnjawab: “Itu sebenarnya mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah”
Kemudian lalu Khalid bin Maadan berkata: “Maka aku tidak pernah melihat seseorang yang banyak membaca al-Quranul Karim lebih daripada Muaz kerana beliau faham terhadap hadith yang besar ini.”
Petikan daripada terjemahan:
Bidayatul Hidayah (permulaan jalan hidayah): hlmn:144

Tidak ada komentar:

Posting Komentar