Selasa, 27 Oktober 2009

Safinatun Najah


Safinatun Najah- Kapal Keselamatan
 Safinatun naja' fima yajibu 'alal abdi limaulah
Syeikh al 'Alim al Fadhil Salim bin Sumair al Hadhromi

بسم الله الرحمن الرحيم


(Muqoddimah)

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Minggu, 04 Oktober 2009

Matnul Ghayah Wat Taqrib

Ringkasan Hukum Islam Menurut Madzhab Syafi’i
Judul Asli : Matnul Ghayah Wat Taqrib
Karya : Syekh Abu Syuja Ahmad bin Husain Al-Ashfahani
Penerjemah : Drs. Mahmud Zaini
DAFTAR ISI
MUQADDIMAH
BAB 1 Bersuci
BAB 2 Salat
BAB 3 Zakat
BAB 4 Puasa
BAB 5 Haji
BAB 6 Jual Beli dan Soal-soal Muamalah
BAB 7 Waris dan Wasiat
BAB 8 Nikah, Hukum, dan Problematikanya
BAB 9 Jinayat
BAB 10 Hudud
BAB 11 Jihad
BAB 12 binatang Buruan dan Sembelihan
BAB 13 Perlombaan dan Memanah
BAB 14 Sumpah dan Nadzar
BAB 15 Peradilan dan Persaksian
BAB 16 Pembebasan Budak


MUQADDIMAH
Barang siapa Allah menghendaki kepadanya kebaikan, maka Allah menjadikan dia faqih (orang yang mengerti) tentang Agama.”
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Segala Puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Junjungan Kita Muhammad seorang Nabi, segenap keluarganya yang suci dan semua para sahabatnya.
AlQadhi Abu syuja Ahmad bin Al Husain bin Ahmad AlAsfihaniy (Semoga Allah memberi rahmat kepada beliau) telah berkata:
“Saya diminta oleh sebagian sahabat-sahabat dekat saya (semoga Allah menjaga mereka) agar membuat ringkasan (mukhtashar) fiqih madhab Imam Syafii (rahmat Allah dan ridlo-Nya semoga tetap atas beliau) yang seringkas-ringkasnya dan sependek-pendeknya, agar singkat bagi pelajar untuk mempelajarinya dan mudah bagi pemula untuk menghapalnya. Dan saya diminta memperbanyak (di dalamnya) bagian-bagian dan meringkas persoalan-persoalannya.
Maka saya penuhi permintaan tersebut seraya mencari pahala dengan mengharapkan pertolongan dari Allah Taala di dalam memperoleh kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu yang Ia kehendaki dan Maha Halus lagi Waspada terhadap hamba-hamba-Nya.


BAB 1 Bersuci
Macam-macam air yang boleh dipergunakan untuk bersuci itu ada tujuh macam yaitu: 1. Air langit, 2. Air Laut, 3. Air sungai, 4. Air Sumur, 5. Mata Air, 6. Air Salju, 7. Air Embun.

Ustadz Muhammad bin Ahmad Assegaf

Artikel 1 - Bahaya cinta dunia


اَلْحَمْدُ ِللهِ اَّلذِي جَعَلَ الدُّنْيَا دَارَ اْلمَمَرِّ , وَاْلآخِرَةِ دَارَ اْلمَقَرِّ وَ الصَّلاَةُ وَ سَلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الرَّابِطُ عَلَى بَطْنِهِ مِنْ شِدَّةِ اْلجُوْعِ اَلْحَجَرَ , وَ عَلىَ آلِهِ الأطْهَارَ وَ صَحْبِهِ الأخيار . اَمَّا بَعْدُ


Ikhwani, semoga ALLAH melimpahkan rahmatNya, di antara penyakit hati yang juga membinasakan adalah mencintai dunia yang fana ini dengan sangat dan senantiasa mengejar pangkat dan kedudukan serta cenderung kepadanya.

USTADZ SUBKHAN

Ta’lim Muta’allim

Syekh Abdul qadir Jaelani adalah ulama yang tinggi derajatnya karena ilmunya,bahkan melebihi derajat abi Isa. Tetapi ia tidak berani mengaku dirinya seorang Nabi karena beliau tahu tidak mungkin ada Nabi setelah Nabi Muhammad SAW.
Hormatilah seseorang karena ilmunya karena Ilmu adalah rizki paling utama di dunia dan itulah tujuan hidup kita.
Ilmu fiqh itu akan mengatur kehidupan manusia berupa ibadah dan muamalah. Maka dari itu, Ilmu fiqh adalah diutamakan diantara ilmu lainnya.

Orang aneh di zaman aneh adalah orang yang berbahagia nanti di akhiratnya. Maksudnya, orang-orang aneh di zaman akhir ini ialah orang-orang yang benar-benar menantang arus zaman yang semakin jahiliyah sehingga orang-orang yang islam dianggap orang yang aneh. Islam muncul di kalangan Jahiliyah dan dianggap asing, maka surutnya Islam di akhir zaman dalam keadaan terasing pula.

Sebaiknya orang yang menuntut ilmu mengekang diri agar mengulang-ulang ilmu supaya hati kita tetap. Qalbun -> Muqallaba = Hati itu bolak-balik.
Cara At-Tiqror (pengulangan) itu bisa sbb.
  • Ilmu yang baru kita pelajari kemarin kita ulangi 5 kali
  • Ilmu yang baru kita pelajari dua hari yang lalu kita ulangi 4 kali
  • Ilmu yang baru kita pelajari tiga hari yang lalu kita ulangi 3 kali
  • Ilmu yang baru kita pelajari empat hari yang lalu kita ulangi 2 kali
  • Ilmu yang baru kita pelajari lima hari yang lalu kita ulangi 1 kali

Hafal (hifdzun) artinya menjaga, itu artinya hafalannya terjaga terus. Jangan kita hafalan dengan mukhofatah (suara kecil sekali) atau jahron(suara keras), cukup dengan suara yang dibaca agar terdengar ke telinga. Ahli Toriqoh mengulang-ulang dzikir talbiyah sekencang-kencangnya agar konsentrasi penuh dan hati leleh terhindar dari pikiran untuk urusan lain.
Kita belajar maka sifat malas akan hilang. Kalau capek, istirahatlah. Kondisi lelah kita paksa kerja (yang harus mikir) maka hasilnya tidak maksimal.
Dan jangan kita memaksa diri hingga lelah sehingga kita tidak bisa attiqror maksimal. Tengah-tengah aja.
Diriwayatkan Abu Yusuf itu musyawarah ilmu fiqh diantara para ahli fiqh dengan kuat dan trengginas, menantu Abu yusuf gumun kepada hal kuatnya Abu Yusuf bermusyawarah, ia tahu Abu Yusuf itu orang yang Perutnya kosong sejak lima hari yang lalu. Abu Yusuf berkata tentang kekuatan beliau bahwa beliau motivasi mencari ilmunya itu bisa mengalahkan segalanya. Jangan pernah sekali kali menyepelekan catatan dan jangan dibuang. Gampang menghafal itu jika kita mau mempelajari sebelumnya dari catatan.


HABIB SOLEH BIN HADUN ALATTAS

AQIDAH AHLUSSUNNAH WALJAMAAH
Aqidah islam Ahlussunnah waljamaah adalah aqidah orang-orang yang mengikuti Sunnah Nabi dan Sunnah Sahabat Nabi. Nabi mewasiatkan supaya menggigit kuat-kuat Qur’an, Sunnah Nabi dan sahabat meskipun badannya hancur berkeping-keping.
Beliau SAW mengatakan bahwa Umatnya akanterbelah menjadi 73 golongan, umat Nabi Isa as akan terbelah menjadi 72 golongan dan umatnya Nabi Musa as akan terbelah menjadi 71 golongan. Dan masing-masing hanya satu yang selamat. Umatnya Nabi SAW yang selamat itu golongan Ahlussunnah Waljamaah, golongan yang selamat dari umat Nabi Isa adalah golongan hawariyun, dan golongan yang selamat dari umat Nabi Musa adalah umat yang mengikuti ajarannya. Ketinganya disebut Golongan yang selamat (Firqotun Najiyyah).

USTADZ BUKHARI SOLEH

Ilmu Tauhid
Tauhid itu ilmu untuk memberikan keyakinan yang mantap kepada kita. Ulama berpendapat bahwa mempelajari tauhid dari sifat Allah dan mengenali Rasulullah ini wajib tetapi secara terperincinya bersifat fardhu kifayah. Aqidah ahlussunnah wal jamaah (ASWAJA) didirikan oleh Imam Maturidi dan Imam Asyari. Aswaja di rinci dan dikemas secara khusus pada zaman itu (khalifah Umar bin abdul Aziz) karena kekhawatiran atas pengaruh kaum syiah, kaum mu’tazilah, kaum jabariyah yang berkembang sejak khalifah Ali kw.
Kaum mu’tazilah berkonsep bahwa manusia berbuat itu tanpa campur tangan Tuhan hingga ia berpikir bahwa alam kubur itu tidak ada karena tulang belulang tidak bisa dihidupkan kembali.
Kaum jabariyah adalah kaum yang terlalu pasrah karena tidak mendasarkan upaya taat dan maksiat dari diri sendiri melainkan berdasarkan kesemanya dari kehendak Allah sehingga terkesan tidak ada upaya.

HABIB ALWI ALHABSYI




Wayang: metode penyebaran dakwah Wali Songo
Oleh : Ustadz Alwi bin Ali Alhabsyi
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”  (QS. An-Nahl : 125)

Jumat, 02 Oktober 2009

Mereka Bertanya tentang Barokah

Sobat
QK yang Disayangi Allah, pernahkah anda mendengar istilah barokah
atau berkah atau bahkan berkat? Kali ini redaksi akan menjelaskan
sedikit mengenai hal tersebut.


Barokah
atau berkah oleh para ulama yang mula-mula menyebarkan Islam di
Indonesia disimbolkan dengan “berkat” atau oleh-oleh yang dibawa
dari acara hajatan atau tasyakuran. Di kalangan pesantren, barokah
didefinisikan secara singkat dengan kata majemuk “jalbul khoir
atau sesuatu yang dapat membawa kebaikan. Definisi ini memang
sangat umum dan belum bisa menjelaskan arti barokah. Uraian berikut
semoga bisa memberikan penjelasan itu secara lebih gamblang.



Ketika
bayi Muhammad SAW lahir, ia disusui oleh seorang ibu dari Bani Sa'ad
bemama Halimah Sa'diyah. Bani Sa' ad adalah salah satu marga dari
suku Quraish di Makkah. Sebelum kehadiran bayi Muhammad SAW, kondisi
kehidupan Bani Sa'ad dalam keadaan paceklik yang tergambarkan pada
kurusnya binatang ternak, keringnya kantong susu, ketidak¬suburan
tanah dan minimnya hasil tanaman.


Setelah
bayi Muhammad SAW dibawa oleh Halimah ke kampung Bani Sa'ad, ternak
berangsur gemuk, kantong susu ternak pun menjadi penuh, dan tanah
berubah menjadi subur. Terutama kehidupan keluarga Halimah menjadi
sejahtera.


Perubahan
kondisi yang terjadi, diakui bahwa kehadiran bayi Muhammad SAW di
Bani Sa' ad telah membawa barokah. (Terjemahan singkat dari kitab
Dalail An-¬Nubuwwah, Baihaqy 1:107)

Sosok
bayi, yang untuk duduk dan berdiri saja belum marnpu, untuk makan dan
minum saja masih memerlukan bantuan orang lain. Secara logika
matematik, bayi tidak mungkin melakukan perubahan yang terjadi
seperti ini. Namun secara logika tauhid, perubahan di Bani Sa'ad ini
dapat terjadi atas dasar kehendak Allah SWT yang ditandai dan diawali
dengan kehadiran bayi tersebut. Untuk itulah, kehadiran bayi tersebut
disebut barokah.


Al-Qur'
an, awal surat Al-Mulk, menegaskan bahwa Allah SWT merupakan sumber
barokah:

Maha
Suci (Maha Barokah) Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.“

Di
samping Allah SWT merupakan sumber barokah, menurut firnan-Nya dalam
surat Al-An' am ayat 155 menyatakan bahwa Al-Qur'an juga merupakan
sumber Barokah.

dan
Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, Maka
ikutilah Dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat
.”

Dalam
Al-Qur' an banyak contoh mahluk-mahluk-Nya yang dianugerahi barokah.
Diantaranya: tempat (negeri, kota, kampung), manusia (keluarga,
perorangan), waktu, benda (pohon, rizki, air, dll).


Barokah
kepada Tempat

Maha
Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah komi anugerahkan barokah
pada negeri/tempat sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari landa-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(QS. Al-Isro' ayat 1)

Sesunguhnya
rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah
(Baitullah) yang di Bakkah (Makkah) yang dianugerahi barokah, dan
menjadi petunjuk bagi semua manusia.
(QS. Ali Imron ayat 96).


Barokah
kepada Manusia

Dan
Dia menjadikan aku (Nabi Isa as) seorang yang dianugerahi barokah
dimana saja aku berada: dan dia memerintahkan kepadaku untuk
(mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.
(QS.
Maryam ayat 31)

Anugerah
barokah yang diterima Nabi Isa as, menyebabkan sebuah keistimewaan,
bahwa kemanapun ia pergj, maka tempat yang ia singgahi dan siapa pun
yang bertemu dengannya mendapatkan manfaat barokah darinya, seperti
orang yang sakit jadi sembuh, yang susah jadi mudah urusannya dan
seterusnya.


Barokah
kepada Keluarga

Dalam
surat Al-Mu'minun ayat 29, Allah SWT mengajarkan doa, bagaimana
memohon agar barokah dianugerahkan kepada keluarga / rumah tangga:

Dan
berdo'alah: Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada rumah yang dianugerahi
barokah, dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat.


Barokah
kepada Waktu

Sesungguhnya
Kami menurunkannya (Al-Qu'an) pada suatu malam yang dianugerahi
barokah dan sesunggguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.

(
QS. Ad-Dukhon ayat 3).

Allah
(Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah,
adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada
pelita besar. Pelita itu di dalam kaca, kaca itu seakan bintang
(bercahaya) seperti mutiara, dinyalakan dengan minyak dari pohon yang
dianugerahi barokah, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di
sebelah timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja)
hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas
cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa
yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan
bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu
. (QS.
An-Nur ayat 35
).


Barokah
kepada Air

Dan
Kami turunkan dari langit, air yang telah dianugerahi barokah. Lalu
Kami tumbuhkan dengan air itu pohon dan biji¬bijian.
(QS. Qof
ayat 9
)


Barokah
kepada Rizki

Rasul
SAW mengajarkan kepada umatnya untuk selalu berdoa, memohon kepada
Allah SWT agar diberi rizki yang barokah. (yang dikenal muslimin
sebagai doa sebelum makan)

Ya
Allah, anugerahkanlah barokah kepada rizki kami, dan jagalah diri
kami dari api neraka.”


Barokah
dalam Kehidupan

Jikalau
sekiranya penduduk desa / negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami
anugerahkan kepada (kehidupan) mereka barokah dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya.
(QS AI-A'rof ayat 96)

Allah
SWT dan Al-Qur'an adalah merupakan sumber barokah. Bila nilai-nilai
Al-Qur' an diamalkan dalam kehidupan, maka secara otomatis kehidupan
di negeri, kota, desa, kelompok dan perorangan yang menerapkan
nilai-nilai tersebut menjadi objek sasaran barokah.

Bila
barokah dianugerahkan kepada kehidupan di negeri, kota, desa dan
seterusnya, maka segala sesuatu yang diupayakan bakal mencapai hasil
yang luar biasa diluar dugaan akal manusia, sesuai dengan karakter
barokah itu sendiri yang melebihi perhitungan akal manusia.



KH
Thonthowi Djauhari Musaddad

Pengasuh
Pesantren Luhur Al Wasilah

Tatsbiitul Fuad

Pentingnya Niat
Mutiara kalam Al-Imam Abdullah bin Alwi Alhaddad


Bekerjalah kamu sebesar kemauan kerasmu dan niatmu karena sesungguhnya besarnya pahala itu diberikan sebesar kemauan keras dan niat, bukan dilihat dari besarnya amal.

Kalau seandainya khazanah pemberian Allah itu cuman dipenuhi oleh amalan ibadah, dan jika diambil satu saja dari Malaikat yang amalannya selalu bersujud (kepada Allah) semenjak dunia ini tercipta sampai hari kiamat, bahkan Malaikat yang lain (berbuat seperti itu) dalam satu rekaat, sedangkan Allah memberikan karunia kepada mereka para Malaikat untuk selalu mengingat-Nya sebagaimana yang telah dimaklumi dari keadaan-keadaan para Malaikat tersebut, maka sebesar apakah amalmu (dibandingkan mereka). Oleh karenanya, besar tidaknya suatu pahala hanya dapat diukur dengan seberapa besar niatnya itu.

Adakalanya suatu amalan yang kecil dapat bernilai besar karena niatnya
Adakalanya suatu amalan yang besar dapat bernilai kecil karena niatnya
Barangsiapa yang mengaku bahwa niatnya itu baik, maka seharusnya ia melihat kepada amalnya, karena setiap amalan pasti akan merujuk kepada niatnya. Jika amalnya baik, maka hal itu menunjukkan bahwa niatnya juga baik. Jika amalnya jelek, maka hal itu menunjukkan bahwa niatnya juga jelek.

Jika kamu berbuat suatu kebaikan, maka niatkanlah untuk bisa berbuat lagi seperti itu. Jikapun kamu tidak bisa berbuat lagi seperti itu, maka kamu sudah diganjar atas niatmu. Begitu juga jika kamu tidak bisa berbuat (suatu kebaikan), maka niatkanlah (untuk bisa berbuat).

[Disarikan dari Tatsbiitul Fuad, Al-Imam Abdullah bin Alwi Alhaddad, hal. 25-26]

Wasiat-Wasiat Quthbill Irsyad Habib Abdullah bin Alwi AlHaddad

Adab bergaul


Budayakanlah dalam dirimu sifat selalu menahan diri dan suka memberi maaf atas segala kekhilafan teman-temanmu. Jangan sekali-kali menunjukkan sikap kasar dan kaku, sebab yang demikian itu termasuk sifat-sifat manusia-manusia tiran yang sombong. Jangan pula kamu mengecam kepada seseorang diantara mereka yang melanggar hak pribadimu atau kurang memperhatikannya. Kecuali apabila ia memang seorang yang benar-benar tulus dalam persahabatannya denganmu dan telah teruji kesetiaannya.

Sabtu, 26 September 2009

AL-MUSNID HABIB UMAR BIN HAFIDZ




Sunday, 04 September 2005
(Terjemah) Ceramah Al Habib Umar Bin Hafidh


Segala puji bagi Allah swt, atas terbitnya Matahari Risalah (saw), yang telah membawa petunjuk-petunjuk menuju Pencipta kita Yang Maha Tunggal, Maha Hidup, dan Maha Berdiri Sendiri, Dan pada Risalahnya (saw), terdapat petunjuk petunjuk bagi para cendikiawan, dan bagi mereka yang mau berfikir, dan bagi mereka yang mau memahami.

Maka akan timbullah dari kefahaman yang suci itu cita-cita mulia dihati mereka yang mengungguli segala cita-cita, tujuan mereka adalah semulia-mulia tujuan, harapan mereka diatas segala harapan, yaitu limpahan anugerah dari yang Maha Pemurah dan Maha Pemberi, yang telah membuka pintu-pintu anugerah tersebut bagi mereka dengan perantara Sebaik-baik makhluk (saw), sebaik-baik kekasih (saw), pemimpin Para Rasul (saw), kekasih Rabbul'alamin (saw), cahaya yang terang benderang (saw), yang berawal dari bimbingan beliaulah terpancar hidayah bagi mereka yang telah mendapatkan hidayah, beliau (saw) adalah sebab pembuka hijab bagi mereka yang telah terbuka hijabnya, beliau (saw) adalah sebab timbulnya kefahaman bagi mereka yang telah mendapatkan pemahaman, dari bimbingan beliaulah (saw) ternaiknya derajat bagi mereka yang telah terangkat derajatnya, termuliakanlah mereka yang mendapatkan derajat yang agung, menjadi dekatlah mereka yang mendapat kedekatan, dan dengan perantaraannyalah sampainya mereka yang telah sampai kepada Tuhannya, maka telah sampai pula kepada Allah swt, dengan perantaraan beliau (saw) mereka yang sampai dengan perantaraan orang lain (para guru) sebagai penyampai (dari sahabat, kepada tabiin, lalu kepada Tabi'tabiin, dst..dst., mereka terus berlanjut dari masa ke masa mencapai keridhoan Allah swt, dengan ujung rantai pertamanya adalah beliau saw).

Maka limpahan sholawat dan salam dari Sang Pencipta baginya (saw) dan bagi yang mengambil petunjuk dari petunjuknya dan bagi yang telah sampai kepada Allah (swt) dengan perantaraannya (saw) yang agung. Sebagaimana telah kita lewati hari hari daurah (Pesantren kilat 40 hari) bersama-sama, ditempat yang mulia ini, yang pada hari-hari tersebut terdapat limpahan cahaya hidayah beliau (saw), limpahan cahaya bukti-bukti beliau (saw), cahaya bimbingan bimbingan beliau (saw), dan arti kebahagiaan di surga Nya (swt) yang telah Dia bukakan ditangan beliau saw bagi umatnya.

Dan telah kita lewati hari-hari tersebut, maka pertanggung jawaban atas hal hal tersebut akan ditegakkan, maka orang yang berakal akan selalu berhati-hati dalam menjalankannya, dan lalu berkonsentrasi pada apa-apa yang ia dapatkan pada hari-hari tersebut, maka akan bangkitlah di hati mereka untuk selalu mengetuk pintu-pintu Kemurahan Nya, selalu mengetuk pintu-pintu Kedermawan Nya, selalu mengetuk pintu-pintu Kebahagian yang hanya berada di genggaman Nya, dan tidaklah seseorang akan mendapatkan hal-hal itu terkecuali yang telah Dia kehendaki untuk mendapatkannya, merekalah orang-orang yang telah ditentukan untuk dimuliakan, dan akan dimunculkan Nya dialam ini, dan Dia akan memperlakukan mereka dengan Kasih Sayang dan Kemurahan Nya, ketahuilah bahwa mereka itu adalah yang mau memahami maksud dan tujuan hidup ini, mau memahami kebangkitan pemilik Magam Mahmud saw (Derajat yang agung), mau memahami tentang sebab dibangkitkannya Beliau saw (Sebab kebangkitannya adalah rahmat bagi sekalian alam), maka mereka itu selalu menghadapkan dirinya untuk menepati janjinya sebagai seorang hamba, selalu tegak dengan kewajiban hamba kepada Pencipta Nya, yang Dia telah ridha dengan amal perbuatan mereka menurut kemampuannya masing-masing dalam mendekatkan diri kepada Nya dan menuju ridha Nya swt, telah ridha dengan hal tersebut dari mereka, walaupun sesungguhnya tidaklah satu makhlukpun mampu menunaikan kewajibannya terhadap Raja Alam Semesta, tidak satu pun dari makhluk bumi atau langit yang mampu menunaikannya, ketahuilah bahwa di langit terdapat malaikat yang sujud sejak ia di ciptakan hingga hari kiamat, ada pula yang selalu ruku' sejak ia diciptakan hingga hari kiamat, dan yang lain selalu tegak berdiri hingga hari kiamat, dan apabila telah datang bagi kita dan bagi mereka hari kebangkitan, maka mereka (malaikat malaikat tersebut) akan berkata: " Maha suci Engkau wahai Tuhan, sungguh kami tidak mampu beribadah untuk menunaikan kewajiban Mu, dan tidaklah kami memahami hakekat ma'rifat kepada Mu ", maka aku dan kalian berada dihadapan Sang Pemilik Kebesaran yang telah menyampaikan seruan Kekasih Nya saw (yang hal tersebut tidak didapatkan oleh para malaikat tadi), Pemimpin para pemilik petunjuk, Imam bagi pemberi petunjuk kepada Yang Maha Besar dan Maha Mulia, maka limpahan sholawat dan salam atas beliau, keluarga serta sahabat beliau.

Tidaklah kita ini dihadapan Sang Penciptan terkecuali hamba yang berlumuran kesalahan, kekurangan dan jauh pula dari kesungguhan, juga dari apa-apa yang memenuhi diri kita dari mengingkari amanah amanah Nya, dari pengingkaran atas janji-janji dalam menunaikan kewajiban Nya, maka wajiblah bagi kita untuk kembali kepada Nya, untuk selalu mengetuk pintu Kemurahan Nya, bertafakkur serta membuka mata lebar-lebar, mengikuti petunjuk, dan untuk selalu menyadari. Maka dengan itulah sempurnanya da'wah bagi mereka yang telah terlihat pada dirinya dari tanda-tanda kesungguhan mereka atas hal-hal ini, atau penghadapan diri terhadap maksud-maksud yang mulia, yang tidaklah seseorang menginginkan hal itu melainkan orang-orang yang telah ia tentukan mendapat limpahan kasih sayang Nya.

Maka akan kau dapatkan mereka itu selalu merindukan untuk mendapat kemuliaan, mendapatkan kenaikan derajat dan kedekatan kehadirat Yang Maha Esa, Maha Sendiri, Maha Memberi, Maha Pencipta, Maha Memulai, Maha Menumbuhkan, yang berbuat menurut Kehendak Nya, yang seluruh alam berada dibawah Genggaman Keperkasaan Nya, dan mereka itu bagi Nya adalah hamba hamba Nya, ketahuilah bahwa engkau bersama seluruh makhluk adalah hamba, Sang Pencipta berbuat pada kita menurut apa yang Ia kehendaki, keinginanmu dan usahamu sungguh tidak menentukan, sungguh ketentuan Nya telah mendahului segalanya, maka selalu tunduk dan diamlah atas kemauan Nya, janganlah kau perbanyak kebingunganmu, sungguh hal itu tak dapat merubah keadaan.., jangan kau perbanyak kebingunganmu dengan ketentuan-ketentuan Nya, juga ketentuan Nya terhadap ciptaan ciptaan Nya, hadapkanlah dirimu hanya kepada yang menciptakan segala-galanya, yang menentukan segalanya, yang Maha Agung Keperkasaan Nya, jadikanlah keperdulianmu hanya kepada sebaik-baik keperdulian, yang dengan perantaraan beliau saw engkau akan dekat kepada Nya swt, dengan perantaraan beliau (saw) pulalah engkau akan dimuliakan, karena dengan mengikuti beliaulah engkau dilimpahi pahala, (tidaklah seseorang mendapatkan pahala terkecuali karena mengikuti ajarannya saw).

(Bersambung, penerjemah : Munzir Almusawa)

HABIB JINDAN BIN NOVEL BIN JINDAN

Bergembira menyambut kelahiran Rasulullah SAW
Ditulis oleh Admin di/pada 17 Maret 2008
Oleh : Ustadz Jindan bin Naufal Bin Jindan

Pujian terhadap Nabi Muhammad merupakan satu hal yang dilakukan oleh sahabat, bahkan di hadapan Rasulullah. Di banyak hadist disebutkan bahwa banyak orang dan penyair yang datang kepada Rasul dan mengucapkan syair yang berisikan pujian terhadap Rasulullah, maka Rasul pun menyambut mereka dan menghormati mereka, serta menyambut baik atas pujian mereka. Sebab beliau tahu bahwa mereka melakukan hal tersebut untuk mendapatkan ridho beliau, yang mana mencari ridho Rasul merupakan jalan untuk mendapatkan keridhoan Allah Ta’ala. Dan mereka, para sahabat Rasulullah, bagaimana tidak memuji Rasulullah, sedangkan Allah sendiri memuji Ar-Rasul shallallahu alaihi wasallam.
Kegembiraan terhadap kelahiran Rasul merupakan hal yang baik di dalam syariat. Bahkan mengenang kisah kelahiran Nabi atau Rasul merupakan sesuatu yang dicontohkan oleh Allah dalam Al-Quran. Sehingga di dalam Al-Quran, Allah menceritakan tentang kelahiran Nabi Isa alaihi salam, juga tentang kelahiran Nabi Musa alaihi salam. Yang mana Allah menceritakan itu semua secara mendetail. Apabila Allah menceritakan kisah kelahiran mereka para Nabi, maka mengapa kita tidak boleh mengenang kisah kelahiran pemimpin sekalian Nabi dan Rasul?
Rasulullah menceritakan bahwa Allah Ta’ala meringankan adzab terhadap Abu Lahab di neraka pada setiap hari Senin, dikarenakan kegembiraannya atas kelahiran Nabi Muhammad sehingga ia membebaskan budaknya yang bernama Ummu Aiman yang membawa kabar gembira tersebut kepadanya. Hadist ini disebutkan di dalam Shahih Al-Bukhori. Padahal Abu Lahab adalah seorang yang kafir yang disebutkan akan kebinasaannya di dalam Al-Quran, sehingga turun surat khusus untuk menceritakan tentang kebinasaannya. Akan tetapi Allah tidak melupakan kegembiraannya dengan kelahiran Nabi Muhammad hingga meringankan adzab baginya setiap hari Senin, hari kelahiran Rasulullah.
Maka bagaimana halnya dengan seorang hamba yang mukmin, yang seumur hidupnya bergembira dengan kelahiran Rasulullah dan meninggal dalam keadaan Islam? Pastilah derajat yang besar bagi mereka. Sebagaimana Allah berfirman,
“Katakanlah (hai Muhammad) bahwa dengan karunia dan rahmat Allah, maka bergembiralah dengan hal itu, itu (kegembiraan kalian) lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
Kegembiraan dengan rahmat dan karunia Allah dituntut oleh Al-Quran, dan kegembiraan tersebut lebih mahal dan lebih berharga dari apa yang dikejar-kejar dan dikumpulkan manusia, baik itu harta ataupun kedudukan.
Karena itu, di bulan kelahiran Rasul yang mulia ini, hendaknya kita memperkuat hubungan kita dengan Rasulullah, dengan menghidupkan sunnah beliau, mengenal riwayat hidup beliau, menanamkan kecintaan terhadap beliau, dalam lubuk hati kita serta keluarga kita, menjadikan Rasulullah sebagai idola yang tertinggi dan paling dekat dengan umat islam, serta memperbanyak shalawat kepada beliau.

===================================================================

Nisbah

Ditulis oleh Admin di/pada 10 Agustus 2008
Oleh :
Ustadz Jindan bin Naufal Bin Jindan

Nasab atau nisbah, artinya adalah hubungan. Setiap orang tidak akan selamat di akhirat melainkan apabila mempunyai nisbah kepada Rasulullah. Selama ia tidak mempunyai nisbah kepada Rasul, maka orang tersebut celaka, celaka, celaka.
Jangan salah paham dulu!
Nisbah itu ada dua macam:


    1. Nisba thiniyyah
    2. Nisbah diniyyah


Nisbah thiniyyah artinya hubungan darah dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, yang kita kenal mereka merupakan para sayyid atau syarif.
Nisbah diniyyah adalah hubungan agama dengan Rasulullah, dan itu adalah hubungan umumnya muslimin.
Nisbah thiniyyah tidak akan membawa manfaat apa-apa tanpa diiringi nisbah diniyyah, sebagaimana kita ketahui dari Allah dalam Al-Qur’an tentang anak Nabi Nuh. Dan manakala seseorang mempunyai kedua nisbah ini, maka sudah jelas dia lebih mulia daripada yang hanya mempunyai satu nisbah, sebab ini merupakan kemuliaan dari Allah Ta’ala yang telah menjadikan rumah tangga mereka sebagai rumah tangga ilmu dan kenabian, rumah tangga akhlak, serta syama’il dan kewalian. Manakala seorang sayyid telah memutus dirinya dari rumah tangga tersebut, maka ia akan hancur berkeping-keping dan menjadi hina, serta binasa.
Berkata seorang muhibbin kepada Habib Abdullah bin Husin bin Tohir,
“Ya Habib Abdullah, saya tidak bersedih kalau saya ini bukan seorang sayyid, sebab sayyid itu kedudukannya tinggi sejak ia dilahirkan. Apabila sayyid tersebut menyimpang berarti telah menjatuhkan dirinya dari tempat yang tinggi, seperti orang yang jatuh dari gunung pasti hancur berkeping-keping. Adapun saya kalau menyimpang, maka hanya seperti jatuh dari meja dan tidak terlalu parah.”
Berkata Habib Abdullah,
“Perkataan orang inilah yang telah mendorongku untuk tetap menjunjung tinggi nasabku dengan mengikuti jejak datuk-datukku.”
Kita melihat banyak sayyid sekarang yang hanya membanggakan nasab dan leluhurnya, akan tetapi menyimpang jauh dari jalan leluhurnya. Sayyid, tapi tidak sholat. Sayyid, tetapi tidak puasa. Sayyid, tapi tidak tahu syurutil wudhu. Bahkan tidak mengetahui sejarah Rasulullah, siapa anak-anak dan istri-istri beliau. Jadi kalau ada yang bilang, “Sayyid tidak tahu kalau dirinya sayyid,” maka inilah orangnya.
Habib Abdullah Alhaddad berkata,
ثم لا تغتر بالنسب لا ولا تقنع بكان ابي
Kemudian jangan tertipu dengan nasabmu, jangan!
dan jangan merasa puas dengan perkataan
“Dahulu ayahku begini atau begitu”
Dalam qasidah yang lain, beliau berkata,
لقد تأخر أقوام وما قصدوا نيل المكارم واستغنوا بكان ابي
Sesungguhnya telah ketinggalan suatu kaum,
yang mana mereka tidak berusaha mencapai kemuliaan dan kehormatan,
dan merasa cukup dengan ucapan-ucapan
“Dahulu ayahku orang besar, atau ini dan itu”
Dikatakan oleh Habib Umar bin Hafidz,
“Membanggakan mereka sebagai leluhur bagi orang yang berjalan mengikuti jejak mereka merupakan suatu kehormatan dan kemuliaan. Adapun bagi orang yang menyimpang dari jalan mereka, merupakan ghurur/tertipu (memalukan).”
Paling tidak, kalau kita tidak bisa menjadi seperti mereka, maka tirulah sedikit demi sedikit dari amalan mereka.





===================================================================


Membanggakan leluhur yang shaleh

Ditulis oleh Admin di/pada 16 Juli 2008
Oleh : Ustadz Jindan bin Naufal Bin Jindan

Ketahuilah bahwa Rasul merupakan makhluk yang paling mulia, yang memuliakannya adalah yang Maha Mulia Subhanahu wa Ta’ala. Nabi-nabi dan para rasul merupakan manusia yang mulia, yang memuliakan juga Allah Ta’ala. Malaikat merupakan makhluk yang mulia, yang memuliakan mereka juga Allah Ta’ala.
Di antara semua makhluk, Allah ingin memuliakan manusia, dan tidak ada yang berani memprotesnya kecuali Iblis dan kita tahu apa akibat yang diterimanya yang berupa laknat sampai hari kiamat.
Dalam hadist shahih yang juga disebutkan oleh Ibnu Hajar di kitab Bulughil Maram bahwa Ar-Rasul menyatakan,
“Allah memilih bangsa Arab untuk memuliakan mereka. Lantas di antara bangsa arab Allah memilih Qurays. Di antara Qurays, Allah memilih Bani Hasyim. Di antara Bani Hasyim, Allah memilihku. Maka aku merupakan terbaik dari kelompok terbaik dari golongan terbaik.”
Shallallahu alaihi wasallam…
Disini Rasulullah membanggakan dirinya karena berasal dari keturunan terbaik dan merupakan manusia terbaik, dan kebanggaan bukan berarti sombong. Sebab kalau tidak, Nabi akan dituduh sebagai orang yang sombong karena terlalu membanggakan dirinya.
Sayyidina Yusuf alaihis salam membanggakan orangtua-orangtuanya sebagaimana mana dikisahkan oleh Allah Ta’ala tatkala Yusuf mengatakan,
“Dan aku mengikuti ajaran ayah-ayahku,”
seraya menyebutkan nama nama merek,
“Dan aku mengikuti agama ayah-ayahku Ibrahim, Ishak dan Ya’qub…” ( QS. Yusuf:38 )
Kalau Nabi Yusuf menyebutkan dan membanggakan ayah-ayahnya para nabi, maka kenapa seorang sayyid (keturunan Rasulullah SAW) yang shaleh tidak boleh membanggakan leluhurnya para wali sampai kepada pemimpin dari seluruh para nabi dan rasul, makhluk yang paling mulia di dunia dan di akherat, yaitu Nabi Muhammad SAW?
Allahumma na’am, bahwa membanggakan para leluhur yang shaleh bagi orang-orang yang menyimpang dari jalan mereka serta tidak mengikuti jejak mereka, merupakan suatu hal yang memalukan bagi orang tersebut dan itu dinamakan ghurur (tertipu) dan ahmaq (tolol).
Adapun bagi orang-orang yang mengikuti jejak mereka (leluhurnya yang shaleh), lantas membanggakan mereka dan mengatakan bahwa yang dianutnya adalah ajaran mereka, maka hal tersebut merupakan suatu kehormatan dan hal yang mulia dan dipuji oleh Allah Ta’ala.
Adapun takabbur (sombong) maka itu sama sekali dilarang di dalam syariat, baik dari sayyid ataupun bukan, bahkan nabi-nabi pun tidak boleh berbuat demikian, sebagaimana kita membaca di banyak cerita dan buku. Sedangkan mutakabbir (orang yang sombong) adalah yang menganggap bahwa dirinya lebih baik dari salah satu makhluk ciptaan Allah Ta’ala1. Hal itu berbeda dengan tahaddust bin ni’mah (menceritakan nikmat Allah Ta’ala) sebagaimana yang dianjurkan Allah di akhir surat Ad-Dhuha.
Di lain pihak, sekalipun Allah meminta kepada kita untuk mencintai para kerabat Rasulullah, maka bukan berarti membolehkan kepada kerabat Rasul untuk menyombongkan diri mereka dengan nikmat yang diberikan Allah Ta’ala. Dan perlu diingat bahwa hubungan yang paling bermanfaat dengan Nabi adalah hubungan agama, ajaran, akhlak dan budi pekerti. Sedangkan hubungan darah tanpa hubungan tersebut sama hasilnya seperti anak nabi Nuh AS. Dan tanpa diragukan bahwa manakala kedua hubungan dapat dipadukan dalam diri seorang sayyid, maka jelas lebih baik dan lebih mulia dari pada satu hubungan saja. Disinilah pemberian Allah Ta’ala yang diberikan kepada siapa yang Dia inginkan dari hamba-Nya. Tidak ada yang bisa mencegah pemberian Allah Ta’ala dan tidak ada yang boleh memprotesnya.
“Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dimana Dia meletakkan risalah-Nya dan kepada siapa”
“(Dia) tidak dipertanyakan akan perbuatan-Nya, dan mereka (para hamba-Nya) yang justru akan dipertanyakan atas perbuatan mereka”
1. Berdasarkan artian takabbur menurut sebagian salaf


=====================================================================

Mau berfatwa?

Ditulis oleh Admin di/pada 30 Mei 2008
Oleh : Ustadz Jindan bin Naufal Bin Jindan

Ini mungkin akan membuat seseorang agar lebih berhati hati di dalam berbicara, apalagi berfatwa. Kalau Imam Malik ulama besar seperti ini, maka sekarang banyak orang yang nama 25 rasul yang disebutkan di Al-Qur’an saja tidak hafal, bahkan syurut istinja’ belum hafal, akan tetapi berani berbicara dalam syariat seenak perutnya dan berfatwa berdasarkan pendapatnya. Syariat bukan, “menurutku… menurutmu…” dan bukan pula, “pendapat saya… perasaanku…”
Akan tetapi,
“Barangsiapa berbicara akan Al-Qur’an menurut pendapatnya (dalam riwayat yang lain : tanpa didasari ilmu), maka bersiap-siaplah akan singgasananya di neraka” (Hadist).
Begitu juga dalam hadist dan syariat islam. Tapi zaman sekarang, pedagang pun bicara hukum, bahkan peminum dan zindiq. Ini kata ulama…., bagaimana kata antum?
Imam Malik R.A. adalah seorang ulama besar dan pemimpin mazhab, dan beliau dijuluki Imam Dar al Hijra. Akan tetapi sekalipun beliau seorang muhaddist dan faqih, beliau sangat berhati hati di dalam berfatwa. Sehingga suatu kali seseorang datang dari baghdad ke Madinah khusus untuk bertanya kepada Imam Malik akan beberapa masalah (lihatlah semangatnya orang dulu, jalan jauh jauh dari Baghdad hanya untuk beberapa masalah. Orang sekarang kadang majlis di depan rumahnya akan tetapi tidak hadir). Maka orang tersebut mengajukan lebih kurang 18 masalah. Tiga di antaranya dijawab oleh Imam Malik, sedangkan yang lain beliau hanya mengucapkan,
“Aku tidak tahu. Aku tidak tahu.” (lihatlah bagaimana beliau berhati hati di dalam berfatwa, dan tidak malu untuk mengucapkan sesuatu yang belum pasti dengan kalimat, “Aku tidak tahu”)
Maka orang tersebut berkata,
“Ya Imam Malik, aku datang jauh-jauh hanya untuk menanyakan kepadamu masalah ini, sedangkan engkau hanya mengucapkan tidak tahu?”
Berkata Imam Malik,
“Dari mana engkau datang?”
Jawabnya,
“Aku datang dari Baghdad.”
Imam Malik,
“Masjid mana yang menaranya paling tinggi di Baghdad?”
Lalu ia menjawabnya seraya menyebutkan nama suatu masjid yang paling tinggi menaranya di Baghdad.
Lantas berkata Imam Malik berkata,
“Bila engkau pulang ke Baghdad, pergilah ke masjid tersebut dan naiklah kepuncak menaranya, lantas berteriaklah dengan sekuat suaramu agar semua orang mendengar bahwa Malik bin Anas adalah orang yang paling bodoh.”


========================================================================


Mensuri-tauladani seorang sosok Ahlul Bait


2 November 2008
Oleh : Ustadz Jindan bin Naufal Bin Jindan

Al-Habib Abdullah bin Husein Bin Thohir seorang Ahlil Bait yang tumbuh di rumah dan keluarga ilmu. Beliau beserta saudaranya Al-Habib Thohir bin Husein Bin Thohir dididik pula oleh bibinya yang juga merupakan ulama besar, bahkan menghapal kitab Minhaj, sekalipun ia seorang wanita. Akan tetapi pada zaman keemasan tersebut ilmu bukan hanya dikuasai oleh para kaum lelaki saja, tetapi bahkan oleh kaum perempuan juga. Sehingga diantara didikan yang diberikan bibinya kepada Al-Habib Abdullah bin Husein Bin Thohir dan Al-Habib Thohir bin Husein Bin Thohir,

“Seandainya kalian berdua mengamalkan adab dan sunnah ketika masuk ke dalam kamar mandi, maka akan nampak pada wajah kalian cahaya ilmu.”

Al-Imam Abdullah bin Umar Bin Yahya, keponakan beliau, ditanya,

“Bagaimanakah engkau mendapati kedua pamanmu, Abdullah bin Husein Bin Thohir dan Thohir bin Husein Bin Thohir?”

Maka dijawab oleh beliau,

“Adapun pamanku, Thohir bin Husein Bin Thohir, maka telah terkumpul di dalam dirinya seluruh sifat dan persyaratan menjadi Al-Imamatul ‘Udzma (pemimpin tertinggi dalam kaum muslimin). Sedangkan pamanku, Abdullah bin Husein Bin Thohir, maka beliau telah menghiasi dirinya dengan al-munjiyaat (seluruh sifat-sifat yang beruntung dan mulia) dan membersihkan dirinya dari al-muhlikaat (seluruh sifat-sifat yang membinasakan dan kotor), serta sifat beliau sebagaimana yang ada dalam kitab Ihya Ulumuddin (kitab karangan Ghazaly yang banyak disukai oleh ulama Ahlil Bait), bahkan lebih lagi.”

Beliau, Al-Habib Abdullah bin Husein Bin Thohir, meninggal dunia di kota Masilah, Hadramaut, dan dimakamkan di kota tersebut. Saat menjelang ajal, beliau dalam keadaan sakaratul maut didampingi dengan isteri beliau yang setia. Seraya isterinya men-talqin-kan beliau kalimat tauhid untuk mengingatkan beliau. Maka tiba-tiba beliau membuka matanya dan menoleh ke arah isterinya, sambil berkata,

“Apabila tujuanmu adalah berzikir kepada Allah, maka berzikirlah sesukamu. Akan tetapi bila tujuanmu untuk mengingatkanku dan men-talqin-kanku, maka engkau tidak perlu kuatir, sebab kalimat La Ilaha IllAlah telah bercampur dengan dagingku, tulangku dan darahku, serta kulitku dan sumsumku.”

Lihatlah akan keagungan Ahlil Bait ini. Bagaimana kalimat tauhid tidak bercampur dengan jasad beliau, sedangkan setiap hari beliau hidup dengan kalimat tauhid tersebut dan membaca setiap harinya 25 ribu kali kalimat “Laa Ilaha Illallah“, dan 25 ribu kali dzikir “Ya Allah, Ya Allah“, dan 25 ribu kali shalawat kepada Rasulullah serta Ahlul Baitnya dan sahabatnya, ditambah dengan Al-Qur’an sebanyak 10 juz ketika Dhuha dan 10 juz ketika Witir. Sungguh luar biasa keagungan Ahlil Bait Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

==================================================================

Masih ada kesempatan – 1

9 September 2009
Oleh : Ustadz Jindan bin Naufal Bin Jindan

Doa-doa yang dianjurkan oleh Rasulullah di bulan Ramadhan adalah
أشهد أن لا اله الا الله استغفرالله نسألك الجنة ونعوذ بك من النار
“Asyhadu allaa ilaaha illallah, astaghfirullah, nas alukal jannata wa na’udzu bika minan naar” (3 kali)
اللهم إنك عفوّ تحب العفو فاعفو عنا
“Allahumma innaka ‘afuwwun, tuhibbul ‘afwa, fa’fu ‘annaa” (3 kali)
Perbanyaklah doa ini, terlebih-lebih sebelum berbuka puasa dan sebelum subuh.
Ramadhan adalah bulan Al-Quran. Ulama menganjurkan untuk banyak mengkhatamkan Al-Quran di bulan ini sekurang-kurangnya satu kali. Diriwayatkan bahwa Imam Syafi’i mengkhatamkan Al-Quran di bulan Ramadhan sebanyak 60 kali.
Malam pertama di bulan Ramadhan dianjurkan untuk sholat empat rekaat dan membaca surat Al-Fath di dalam empat rekaat tersebut, satu muqra’ setiap rekaatnya. (Sekalipun sudah lewat, akan tetapi kita masih bisa berniat untuk tahun yang akan datang)
Sayyidatuna ‘Aisyah bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, apabila aku mengetahui letaknya malam Lailatul Qadr, maka doa apakah yang hendak aku baca?.” Dijawab oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, “Bacalah, wahai ‘Aisyah,
أللّهمّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفوَ فاعْفُ عَنّي
‘Allahumma innaka ‘afuwwun, tuhibbul ‘afwa, fa’fu ‘annaa’ “
(”Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan menyukai maaf, maka maafkanlah aku”)
Disunnahkan sekali untuk menggiatkan ibadah di bulan Ramadhan lebih dari bulan-bulan lainnya. Dan terlebih lebih pada sepuluh hari terakhir.
Jangan tinggalkan sholat Tarawih sebanyak 20 rekaat setiap malamnya. Di dalam Hadist disebutkan,
“Barang siapa bangun di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap ganjaran dari Allah Ta’ala, maka niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lampau.”
Bangun di bulan Ramadhan artinya adalah sholat Tarawih.


Tata krama di dalam berpuasa
Ketahuilah bahwa di dalam berpuasa terdapat adab dan tata krama yang mana tidak sempurna puasa seseorang tanpa tata krama tersebut. Di antara tata krama yang terpenting ialah memelihara lidah untuk tidak berdusta, mencaci orang, mencampuri urusan orang lain, mengekang mata dan telinga dari mendengar dan melihat sesuatu yang tidak halal dan dipandang tidak ada sangkut-pautnya dengan dirinya.
Dan hendaknya menahan perutnya dari memakan makanan yang syubhat, apalagi yang haram, terutama ketika sedang berbuka puasa. Sebagian salaf berkata, “Jika anda berbuka puasa, maka perhatikanlah dengan makanan yang bagaimanakah anda berbuka dan di tempat siapakah anda berbuka.” Ini merupakan anjuran untuk berjaga-jaga dan memperhatikan makanan berbuka kita.
Orang yang berpuasa juga harus memelihara seluruh anggota tubuhnya dari perbuatan dosa, dan menjauhkannya dari segala urusan yang tidak menyangkut dirinya. Dengan demikian sempurna dan bersihlah puasanya. Sebab berapa banyak orang yang berpuasa, akan tetapi membiarkan anggota tubuhnya terjerumus didalam kemaksiatan. Rasulullah bersabda, “Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapat apa-apa dari puasanya melainkan hanya lapar dan haus.” Meninggalkan maksiat menjadi kewajiban bagi orang yang berpuasa dan tidak berpuasa, hanya saja orang yang berpuasa lebih wajib untuk memelihara diri dan lebih dituntut.
Di antara adab puasa yang lain adalah hendaknya orang yang berpuasa tidak terlalu banyak tidur di siang hari, dan tidak terlampau banyak makan di malam hari. Hendaknya bersahaja di dalam kedua perkara ini agar bisa merasakan pedihnya lapar dan dahaga. Dengan begitu kelak jiwanya akan terdidik, nafsu syahwatnya akan terkendali dan hatinya akan bercahaya. Disitulah terletak rahasia dan tujuan puasa yang sebenarnya.
Selanjutnya hendaknya mengurangi segala rupa kemewahan dengan makanan dan minuman yang membangkitkan selera sebagaimana kebiasaan ahli zaman. Sekurang-kurangnya ia tidak melebihkan kebiasaannya di bulan Ramadhan dalam memenuhi selera, bahkan sama dengan bulan-bulan yang lain. Itulah sekurang-kurangnya yang patut dilakukan.
Dan hendaknya di bulan Ramadhan tidak terlalu menyibukkan diri dengan urusan-urusan dunia. Akan tetapi membenamkan dirinya untuk beribadah kepada Allah dan berdzikir dengan semampunya. Tidak menyibukkan diri dengan urusan dunia melainkan sekadar mencukupi kebutuhan diri dan keluarga. Sebab bulan Ramadhan terhadap bulan-bulan lainnya sama seperti hari Jumat terhadap hari-hari lainnya, maka wajarlah seorang mukmin untuk mengkhususkan hari Jumat dan bulan Ramadhan untuk mencari bekal akheratnya.
Di antara adab dan tata krama berpuasa adalah dengan menyegerakan berbuka puasa apabila telah tiba waktunya. Dan sebaiknya berbuka dengan buah kurma, dan jika tidak ada mulailah dengan air.
Nabi shallallahu alaihi wasallam senantiasa berbuka puasa dahulu sebelum menunaikan shalat maghrib. Beliau bersabda, “Umatku senantiasa tetap berada didalam kebaikan, selama mereka menyegerakan berbuka puasa dan mengakhirkan makan sahur.”
Nyatalah bahwa mengakhirkan makan sahur (selama tidak ragu akan terbitnya fajar) adalah sunnah bagi orang yang berpuasa.
Hendaknya orang yang berpuasa membiasakan diri makan sedikit dan tidak berlebihan, sehingga bisa merasakan pengaruh puasa itu atas dirinya. Kelak ia akan menemukan rahasia-rahasia dan tujuan puasa, yaitu mendidik jiwa dan mengurangi nafsu syahwat. Sebab, berlapar diri dan mengosongkan perut bisa meninggalkan pengaruh yang baik untuk menerangi hati nurani dan membangkitkan semangat pada anggoa badan untuk beribadah. Manakala kenyang perut merupakan sumber kelalaian dan bekunya hati, disamping menimbulkan perasaan malas untuk beribadah.

SUNNAH
Termasuk sunnah yang sangat dianjurkan ialah membantu orang yang berpuasa untuk berbuka puasa sekalipun dengan beberapa butir kurma atau seteguk air minum. Nabi bersabda, “Barangsiapa menjamu orang yang berpuasa untuk berbuka puasa, maka baginya pahala puasa dari orang yang dijamunya, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun.”   Pahala ini bagi orang yang mengundang berbuka puasa saja meski hanya dengan segelas air. Adapun orang yang mengundang makan setelah berbuka di rumahnya, atau mengundang makan di waktu yang lain, maka tidak mendapatkan pahala yang besar ini. Dia hanya mendapatkan pahala mengundang makan saja, dan pahalanya pun besar pula.

Shalat Tarawih
Shalat Tarawih yang dikerjakan setiap malam di bulan Ramadhan merupakan sunnah yang sangat dianjurkan. Banyaknya adalah dua puluh rekaat sebagaimana ijma’ para sahabat, yang tidak lain bahwa kesepakatan mereka bersumber dari Rasulullah. Dahulu para salaf membaca Al-Quran dari awal hingga akhir di dalam shalat Tarawih mereka, sekadar kemampuan mereka, hingga mengkhatamkannya pada malam-malam tertentu di bulan Ramadhan. Barangsiapa mampu meneladani mereka hendaknya mengerjakannya. Barangsiapa tidak berkesempatan, maka hendaknya ia berhati-hati dan tidak menganggap enteng shalat Tarawih ini sebagaimana banyak dilakukan oleh orang-orang bodoh yang telah mengabaikan sesuatu rukun yang wajib di dalam shalat itu, seperti meninggalkan thuma’ninah pada ruku’ dan sujud karena terlampau cepat, atau tidak memperhatikan bacaan Fatihah menurut petunjuk yang harus dilakukan, karena ingin segera selesai.

Keutamaan sepuluh hari terakhir
Diriwayatkan bahwa Rasulullah menggandakan amal di bulan Ramadhan melebihi bulan-bulan lainnya. Dan pada masa sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, beliau lebih giat lagi dibandingkan hari-hari sebelumnya.
Beliau juga menganjurkan kepada kita untuk mencari malam Lailatul Qadar pada malam-malam sepuluh hari yang terakhir itu pula. Para ulama berkata, bahwa kemungkinan terjadinya Lailatul Qadar itu pada malam-malam yang ganjil dari sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.
Tegasnya setiap mukmin harus selalu bersiap-siap untuk Lailatul Qadar pada setiap malam dari bulan Ramadhan, dengan memperbanyak amal saleh. Kelak jika malam Lailatul Qadar itu tiba, maka ia sedang sibuk dengan amalannya, sedang sibuk berdzikir kepada Allah, tidak lalai atau lupa.
Apabila demikian sikapnya pada setiap malam Ramadhan, maka ia tidak perlu menunggu-nunggu malam tersebut, baik ia melihatnya maupun tidak. Sebab, orang yang taat beramal di malam Lailatul Qadar itu, amalannya menjadi lebih utama dari amalan seribu bulan, tanpa memandang apakah ia menyaksikan malam itu ataupun tidak. Hanya saja dianjurkan agar ia menyiapkan diri untuk mencari Lailatul Qadar dengan beramal saleh pada setiap malam dari malam-malam bulan Ramadhan, agar amalannya terliput dalam malam Lailatul Qadar.


Rupa dan ruh puasa
Perlu diketahui bahwa puasa mempunyai rupa dan ruh. Rupa puasa adalah menahan diri dari makan dan minum, dan bersetubuh, mulai terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan disertai niat. Barangsiapa makan minum dan bersetubuh pada siang harinya, sedang ia melakukannya dengan sengaja, mengetahui hukum dan bukan terpaksa, maka batallah puasanya. Tetapi jika ia lupa, atau tidak mengetahui hukumnya, ataupun terpaksa, maka puasanya tidak batal.
Adapun halnya ruh puasa ialah menahan diri dari segala dosa dan larangan Allah Ta’ala dan senantiasa mengerjakan segala yang wajib.
Orang yang berpuasa dari makan, minum dan bersetubuh, tetapi tidak menahan diri dari dosa dan larangan Allah Ta’ala, maka puasanya tidak menghasilkan faedah apapun selain susah payah belaka. Karena itu jika berpuasa, hendaknya anda memperbaiki puasanya. Demikian pula terhadap semua amalan anda, hendaknya anda tekun memperbaikinya, menyempurnakannya dan mengarahkannya kepada Allah Ta’ala, dengan penuh tulus ikhlas, sehingga Allah Ta’ala memberikan manfaat dari semua amalan itu kepada kita, dan kita memperoleh balasan yang besar dariNya, ketika kita kembali kepadaNya.

Shalat Tasbih
Shalat Tasbih merupakan satu sunnah yang dianjurkan agama, yaitu empat rekaat. Terdapat banyak riwayat yang menunjukkan keutamaan shalat ini. Dan barangsiapa mengerjakannya, akan diampuni dosanya yang lalu dan yang akan datang.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata kepada pamannya Abbas, “Kerjakanlah shalat Tasbih sekali setiap hari, atau setiap Jumat, atau setiap bulan sekali, atau setiap tahun sekali, atau sekali seumur hidup.”
Shalat Tasbih tersebut bisa dikerjakan empat rekaat sekaligus dengan satu salam, atau dua raka’at dua rekaat dengan dua salam.
Caranya adalah : Pertama, setelah takbiratul ihram, dilanjutkan dengan doa Iftitah. Setelah itu membaca tasbih sebanyak 15 kali. Kemudian membaca Al-Fatihah dan surat sesudahnya, lalu bertasbih sebanyak 10 kali. Kemudian ruku’ dan membaca tasbih sebanyak 10 kali. Lalu i’tidal dan membaca tasbih sebanyak 10 kali. Kemudian sujud dan membaca tasbih 10 kali. Lalu duduk antara dua sujud dan membaca tasbih sebanyak 10 kali. Lantas sujud lagi dan bertasbih 10 kali. Itulah satu rekaat dengan jumlah tasbih sebanyak 75 kali. Maka di dalam shalat Tasbih menjadi 300 kali tasbih. Tasbih yang dibaca adalah:
سبحان الله، والحمد لله، ولا اله الا الله، والله أكبر
Dan setelah selesai shalat Tasbih maka membaca doa shalat Tasbih yang disebutkan oleh para salaf, yaitu:
أللهم إنا نسْألك التوْفِـيْق أهْـل الهُدَى، وَأعْمَالَ أهْـل اليَقِيْن، وَمُناصَحَة أهْل التوْبَةِ، وَعَزْمَ اهْـل الصَّبْر، وَجَدَّ أهل الخشيَةِ، وَطلَبَ اهْل الرَّغبَةِ، وَتعَبّدَ اهل الوَرَع، وَعُرْفانَ اهل العِلْم حَتَّى نخافك. اللهُمَّ إنا نَسْألكَ مَخافة تَحْجُزنا عَن مَعَاصِيْك حَتَّى نَعْمَلَ بطاعَـتِـك عَمَلا نَسْتَحِقُّ بهِ رضَاكَ، وَحَتّى نُنَاصِحُكَ بالتَوْبَةِ خَوْفاً مِنْكَ، وَحَتّى نُخلِصُ لَكَ النّصِيْحَة حَيَاءً مِنكَ، وَحَتّى نتوَكّلَ عَلَيْكَ فِيْ الأمُوْر كُلّهَا حُسْنَ ظنّ بكَ، سُبْحَانَ خَالِق النّوْر. وَصَلّى اللهُ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبهِ وَسَلَّمْ وَالحَمْدُ لله رَبِّ العَالَمِيْن.
Shalat Tasbih dikerjakan secara sendiri-sendiri, dan boleh dilakukan secara berjamaah, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian ulama salaf. Dan tidak ada larangan yang melarang berjamaah dalam shalat Tasbih.

Kitab Nashaih Diniyyah, karangan Habib Abdullah bin Alwi AlHaddad.
Disusun oleh Jindan bin Novel bin Jindan, semoga Allah memaafkannya dan membukakan hatinya, amiin.





HABIB AHMAD BIN NOVEL BIN JINDAN







HABIB SOLEH BIN ALI ALATTAS

Ta’lim:
Kitab Arba’in Nawawi Hadits ke-13
Diasuh oleh Alhabib Soleh bin Ali alattas
(dengan sedikit tambahan)


Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiyallahu anhu, pelayan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai milik saudaranya (sesama muslim) seperti ia mencintai miliknya sendiri”.
[Bukhari no. 13, Muslim no. 45]
Demikianlah di dalam Shahih Bukhari, digunakan kalimat “milik saudaranya” tanpa kata yang menunjukkan keraguan. Di dalam Shahih Muslim disebutkan “milik saudaranya atau tetangganya” dengan kata yang menunjukkan keraguan.
Para ulama berkata bahwa “tidak beriman” yang dimaksudkan ialah imannya tidak sempurna karena bila tidak dimaksudkan demikian, maka berarti seseorang tidak memiliki iman sama sekali bila tidak mempunyai sifat seperti itu. Maksud kalimat “mencintai milik saudaranya” adalah mencintai hal-hal kebajikan atau hal yang mubah. Hal ini ditunjukkan oleh riwayat Nasa’i yang berbunyi :
“Sampai ia mencintai kebaikan untuk saudaranya seperti mencintainya untuk dirinya sendiri”.

Abu ‘Amr bin Shalah berkata: “Perbuatan semacam ini terkadang dianggap sulit sehingga tidak mungkin dilakukan seseorang. Padahal tidak demikian, karena yang dimaksudkan ialah bahwa seseorang imannya tidak sempurna sampai ia mencintai kebaikan untuk saudaranya sesama muslim seperti mencintai kebaikan untuk dirinya sendiri. Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan melakukan sesuatu hal yang baik bagi diriya, misalnya tidak berdesak-desakkan di tempat ramai atau tidak mau mengurangi kenikmatan yang menjadi milik orang lain. Hal-hal semacam itu sebenarnya gampang dilakukan oleh orang yang berhati baik, tetapi sulit dilakukan orang yang berhati jahat”. Semoga Allah memaafkan kami dan saudara kami semua.
Abu Zinad berkata: “Secara tersurat Hadits ini menyatakan hak persaman, tetapi sebenarnya manusia itu punya sifat mengutamakan dirinya, karena sifat manusia suka melebihkan dirinya. Jika seseorang memperlakukan orang lain seperti memperlakukan dirinya sendiri, maka ia merasa dirinya berada di bawah orang yang diperlakukannya demikian. Bukankah sesungguhnya manusia itu senang haknya dipenuhi dan tidak dizhalimi? Sesungguhnya iman yang dikatakan paling sempurna ketika seseorang berlaku zhalim kepada orang lain atau ada hak orang lain pada dirinya, ia segera menginsafi perbuatannya sekalipun hal itu berat dilakukan.
Diriwayatkan bahwa Fudhail bin ‘Iyadz, berkata kepada Sufyan bin ‘Uyainah: “Jika anda menginginkan orang lain menjadi baik seperti anda, mengapa anda tidak menasihati orang itu karena Allah. Bagaimana lagi kalau anda menginginkan orang itu di bawah anda?” (tentunya anda tidak akan menasihatinya).
Sebagian ulama berpendapat: “Hadits ini mengandung makna bahwa seorang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu tubuh. Oleh karena itu, ia harus mencintai saudaranya sendiri sebagai tanda bahwa dua orang itu menyatu”.
Seperti tersebut pada Hadits lain:
“Orang-orang mukmin laksana satu tubuh, bila satu dari anggotanya sakit, maka seluruh tubuh turut mengeluh kesakitan dengan merasa demam dan tidak bisa tidur malam hari”.
Penerapan hadits ke-13 ini menjadi bahan renungan kita apakah selama ini kita sudah Amar ma’ruf Nahi Munkar?
Coba lihat sekeliling kita. Banyaknya masyarakat yang masih melakukan maksiat. Berjudi, minum minuman khamr, berzina, membuka aurat dan masih banyak lagi. Naudzubillahi mindzalika. Maka dari itu, jika kita sebagai muslim saja tidak bisa turut menarik dan meneguhkan saudara-saudara seagama untuk teguh memegang syariat. Bagaimana mungkin kita memiliki iman yang sempurna.
Siapakah Sahabat Nabi, Anas bin Malik ra?
Saking cintanya Seorang ibu yang bernama Ummu Salim terhadap Rasulullah SAW sampai-sampai ia menghadiahkan anaknya yakni Anas bin Malik ra untuk menjadi Khadim (pelayan) keperluan Rasulullah. Itu ia lakukan semata-mata sebagai rangka Fastabiqul Khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) antara sahabat Nabi dengan sahabat yang lainnya. Sahabat Anas yang datang ke Madinah waktu itu masih berumur sekitar 8 -10 tahun, atau dengan kata lain saat ia masih belum baligh. Sahabat Nabi yang satu ini mengabdi khidmah kepada Sang Nabi SAW selama sepuluh tahun. Itulah sebabnya Sahabat Anas menjadi salah satu bagian dari sanad rantai yang cukup banyak ditemui di hadits-hadits Nabi SAW disamping Sahabat Abu Hurairah atau Sayidatuna Aisyah ra.
Para Pelayan yang Mulia
Banyak Orang-orang soleh yang meneruskan cerita-cerita mulia layaknya Anas bin malik ra. Diantaranya Syekh Ali bin Abdullah Baros, Khodim dari Shohiburrotib Quthbil anfas Alhabib Umar bin Abdurrahman alattas, dan juga alhabib Alwi bin Syahab, Khodim dari Alhabib Abdurrahman Masyhur. Berkat keistiqomahan mereka melayani keperluan Syaikh mereka terutama saat Majelis ta’lim seperti menyediakan gahwa (kopi), mengambilkan kitab, dsb., akhirnya mereka mendapatkan anugrah dari Allah berupa kemuliaan atas nama mereka.
Sebagai contoh yaitu Syekh Ali bin Abdullah Baros yang terkenal dengan kealimannya selalu disandingkan namanya dalam tertib Fatihah Ratib alattas. Begitu pula alhabib Alwi bin Syahab yang terkenal akan kealimannya hingga ia dijuluki Ainuttarim (matanya Tarim). Kejadian yang mereka alami hamper sama yakni di penghujung khodimat mereka diperintahkan membuka mulut mereka kemudian sang Waliyullah yakni Syaikh mereka membuang liurnya ke mulut mereka. Hal ini pernah pula terjadi pada salah satu murid dari Syaikhuna KH. Maemoen Zubair yang sebelumnya dikenal sulit menghafal ilmu namun kini menjadi ulama yang besar namanya dengan kealimannya.
Hal-hal tersebut yang menginspirasi para ulama meneruskan tradisi Syukuran Kelahiran putra mereka dengan meminta Guru-guru dan para alim yang lain yang menghadiri untuk meremah-remah kurma dengan mulut mereka sehingga lumatan kurma itu dimasukkan ke dalam mulut sang Bayi.




KH SOLEH BASALAMAH

KH MUHAMMAD CHASANI SA’IDI

KH AHMAD SA’IDI

KH SULTHON BARMAWI

USTADZ PAYAGE

Bidayatul Hidayah

Muqaddimah BIDAYATUL HIDAYAH
Dengan menyebut nama Allah Yung Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
“Katakanlah sesungguhnya petunjuk yang benar adalah milik Allah”
Berkata seorang Syekh yang besar, imam yang sangat terkemuka, Al-Alim Al-Allamah, pembela Islam, pembawa banyak berkah bagi manusia, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al-Ghozali, semoga Allah mensucikan ruh beliau dan menyinari kuburnya. Amin

Ta’lim Muta’allim

Fathul Qarib

Nashaihul Ibad

Nashaihuddiniyyah

Nashoihuddiniyyah
Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad

Amar makruf nahi mungkar
“Orang-orang yang beramar makruf nahi mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”(QS. Ali Imran: 104)
Maksud beruntung disini adalah sukses dan bahagia di dunia dan akherat. Amar makruf nahi mungkar adalah syiar Islam yang terbesar dan merupakan asas Islam serta tugas utama kaum muslimin. Rasulullah SAW bersabda:

Mandhumah Washiyatul Ikhwaniyah

Al Imam Al Habib Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Muhsin bin Alhusain bin Umar bin Abdurrahman Alattas

Wasiatku padamu wahai saudaraku! Taatlah kalian selalu kepada Allah
Dan janganlah kalian menyiakan waktu kalian, kelak kalian kan menyesali yang dilewatkan
Karena sesungguhnya modal terbesar seseorang adalah masa mudanya dan sumber kerugiannya adalah mengulur-ulurkan waktunya
Alangkah indah taatnya para pemuda maka bergegaslah untuk selalu bertakwa, saudaraku!
Makmurkan waktu kalian dengan taat dan dzikir setiap waktu
Karena barang siapa yang tersiakan sesaat dari waktunya maka akan menjadi penyesalan untuknya di kuburnya
Dan yang mengatakan aku masih muda, tunggu ketika ku dewasa ku kan takut pada Allah
Sesungguhnya mereka itulah yang ditipu iblis dan hatinya telah lalai dan tertutup
Celakalah mereka yang tak bertaubat saat muda dan tak pernah mau melihat kekurangannya
Jika kau ingin mengikuti jejak Sang Nabi maka jauhilah teman yang dapat merusakmu
Pilihlah kawan yang bisa membimbingmu sebab sseorang selalu mengikuti perilaku kawannya
Persahabatan dengan orang solih merupakan obat hati dan menambah semangat dan tabahnya hati

Sedangkan persahabatan dengan orang bodoh adalah penyakit dan membutakan Serta menambah penyakit bagi hati yang sakit
Bertaubatlah kepada Tuhanmu hai manusia sebelum terlambat dengan datangnya kematian
Wahai yang lalai dan lupa pada Tuhannya! Renungkanlah… dengan apa kau kan menghadap kepadaNya?!
Apakah kau tak berfikir bahwa kematian datang dengan cepat?! Dan tidakkah kau berfikir bahwa yang didapat manusia hanyalah hasil dari perbuatannya?!
Dan sungguh tidak ada yang dapat dipetik oleh manusia setelah kematian Melainkan buah dari apa yang ia perbuat (di dunia)?!
(dengarkanlah Nasihatku) Wahai orang yang bangkrut (perdagangan akhiratnya), panjang angan-angannya…menyia-nyiakan waktunya serta banyak alasannya
Siang harinya dilalui dengan foya-foya dan di malam hari tidur dengan keadaan sangat tercela
Doamu untukku (selalu ku harapkan) wahai yang mendengar wasiatku…Agar (Tuhan) selalu mengampuniku dan menutup usiaku dengan syahadat
Segala puji bagi Allah atas selesainya wasiat ini sepanjang diserukannya solat
Dan sholawat semoga selalu tercurah kepada Nabi Sang Pemimpin selama merpati-merpati menyanyi diatas dahan dan juga kepada keluarganya selama pagi tetap bersinar serta para sahabatnya selama angin tetap berhembus

Aqidatul Awam

KLIK INI UNTUK DOWNLOAD SYARH AQIDATUL AWAM

Kitab Nazhom Aqidatul awam karangan Syech Ahmad al marzuqi bermula dari mimpi Syech Ahmad Marzuki  pada malam jumat pertama di bulan Rajab tahun 1258  yang bertemu dengan Rosululloh saw dan para sahabatnya, dalam mimpi tersebut Rosululloh saw berkata kepada Syech Ahmad al marzuki “Tulislah Nadzhom Tauhid “  barang siapa yang menghafalnya dia akan masuk kedalam surga dan mendapatkan segala macam kebaikan yang sesuai dengan Al quran dan Sunnah .” Syech Ahmad marzuki pun bingung dan bertanya kepada Rosululloh saw ” Nadzhom apa ya Rosululloh..??. Para sahabat menjawab ” Dengarkan saja apa yang akan Rosululloh saw ucapkan ” . Nabi Muhammad saw berkata ” Ucapkan..

Rokok, Solusi Kepelikan Ekonomi

Musik di Indonesia Semakin Agresif

Pekerja Vs Pembuka Lapangan Kerja

Sinetron Pengeruh Hati

D4 apa S1 yah?

Perbaikan Fisik di STAN

Kalau difikir2 pembangunan fisik di STAN yang wah3x ini dibarengi pembenahan yang baik gak ya???
Secara umum benar bahwa STAN butuh fasilitas yang baik, kondisi bangunan mendukung kebanggaan diri pada almamater. Saya pribadi mengalami masa transisi tersebut.
Awalnya saya mengerutkan dahi melihat pembangunan sebuah pancuran air yang memakanratusan juta bahkan beredar isu ampe milyaran, tetapi setelah mendengar atas beberapa hal dalam penataan kurikulum juga transparansi nilai Mahasiswa mulai dilaksanakan, juga tak ketinggalan pula kesohihan USM STAN di-ISO-kan...
Semoga ke depan STAN menjadi PTK yang selalu menjadi contoh baik bagi PTK yang Lain dan Perguruan lainnya..
Selain itu, saya berharap STAN melahirkan generasi punggawa keuangan negara yang baik. amin

Sakit Jantung Setiap Penghujung Semester

Dosen adalah Raja

Menghilangkan SeTAN STAN

Profil STAN

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

Status: Kedinasan (Departemen Keuangan RI)
Alamat Kampus:
  • Jl. Bintaro Utama Sektor V, Bintaro Jaya, Jakarta Selatan
  • Jl. Ceger Raya, Kel. Jurangmangu Timur, Kec. Pondok Aren, Tangerang, Banten 15222.
Telepon: (021) 7361654 – 7361658 (Hunting)
Faks.: (021) 7361653
Website: www.stan.ac.id
Direktur: Kusmanadji Ak., MBA.
SEJARAH SINGKAT
Tahun Berdiri: 1964
Pendiri: Departemen Keuangan RI
Sebelumnya, 1952, Departemen Keuangan mendirikan pendidikan Ajun Akuntan Negara dan Ajun Akuntan Pajak. Lalu mendirikan Akademi Pajak dan Pabean (1956), Sekolah Tinggi Ilmu Keuangan Negara (1959), Akademi Treasuri Negara (1960). Pada 1965, Akademi Perbendaharaan Negara, lalu Ajun Akuntan Pajak diubah menjadi Akademi Ajun Akuntan Pajak. Pada 1967, didirikan Institut Ilmu Keuangan (IIK) yang mengintegrasikan program-program pendidikan tinggi di lingkungan Dep-Keu dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dari status kelembagaan, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) berada di bawah pembinaan Eselon I Dep-Keu: Badan Pendididikan dan Pelatihan Keuangan – Keppres 12/1976. Kampus
STAN diresmikan pada 4 Agustus 1986.
KAMPUS
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) merupakan penyelenggara pendidikan program Diploma Bidang Keuangan dalam lingkungan departemen keuangan, bertujuan untuk mendidik mahasiswa supaya mempunyai pengetahuan dan keahliah di bidang Akuntansi dan keuangan sektor publik dan mempersiapkan mahasiswa agar kelak menjadi Pegawai Negeri Sipil yang berdisiplin tinggi, berakhlak tinggi, dan penuh dedikasi.
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) ditetapkan dengan peraturan Menteri Keuangan Nomor: 1/PMK/1977 tanggal 18 Februari 1977. Sedangkan Program Diploma Keuangan dalam lingkungan Departemen Keungan telah dilimpahkan tanggung jawab pengelolanya kepada Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) sesuai dengan surat Tugas Kepala Badan Pendidikan dan Latihan Keuangan (BPLK) Nomor: ST-098/BP/1987 tanggal 31 Oktober 1997 dan Surat Edaran Kepala BPLK Nomor: SE-048/BP/1998 tanggal 29 Oktober 1998.
PROGRAM STUDI DI STAN
Program studi di STAN terdiri dari Program Diploma I Bidang Keuangan, Program Pendidikan Asisten/Pembantu Akuntan, dan Program Diploma III Keuangan Khusus. Program Diploma Keuangan terdiri dari:
a. Program Diploma I (DI) Keuangan Spesialisasi, yaitu:
  • Kebendaharaan Negara
  • Administrasi Perpajakan
  • Kepabeanan dan Cukai
  • Penilai/Kepiutang Lelangan
b. Program Diploma III (DIII) Keuangan Spesialisasi, yaitu:
  • Akuntansi Pemerintahan
  • Kebendaharaan Negara
  • Administrasi Perpajakan
  • Kepabeanan dan Cukai
  • Penilai/Pajak Bumi dan Bangunan
  • Penilai/Kepiutang Lelangan
c. Program Diploma IV (DIV) Keuangan Spesialisasi Akuntansi
d. Selain Program di atas diadakan pula:
  • Program Pendidikan Asisten/Pembantu Akuntan
  • Program Diploma III Keuangan Kurikulum Khusus
BEBAN STUDI PENDIDIKAN PROGRAM DIPLOMA KEUANGAN
  1. Diploma I minimal 40 SKS dan maksimal 50 SKS.
  2. Diploma III minimal 110 SKS dan maksimal 120 SKS.
  3. Diploma IV minimal 144 SKS dan maksimal 180 SKS.
  4. Pendidikan Asisten/Pembantu Akuntan minimal 40 SKS dan maksimal 50 SKS.
  5. Pendidikan Program Diploma Kurikulum Khusus adalah minimal 40 SKS dan maksimal 60 SKS.
WAKTU STUDI
  1. Diploma I adalah 2 (dua) semester, yang harus diselesaikan dalam waktu 1 (satu) tahun.
  2. Diploma III adalah 6 (enam) semester, yang harus diselesaikan dalam waktu 3 (tiga) tahun.
  3. Diploma IV adalah 8 (delapan) sampai 10 (sepuluh) semester, yang harus diselesaikan dalam waktu 4 (empat) sampai 5 (lima) tahun.
  4. Pendidikan Asisten/Pembantu Akuntan adalah 2 (dua) semester, yang harus diselesaikan dalam waktu 1 (satu) tahun.
  5. Pendidikan Program Diploma Kurikulum Khusus adalah 2 (dua) sampai 3 (tiga) semester, yang harus diselesaikan dalam waktu 1(satu) sampai 1,5 (satu setengah) tahun.
FASILITAS KAMPUS
Ruang kuliah:
Gedung C: 3.296 m2, Gedung D: 3.296 m2, Gedung E: 4.400 m2, Gedung F: 4.400 m2.
Perpustakaan: Gedung Perpustakaan (P) berlantai 2: luas ruangan 3.296 m2, koleksi 9.528 judul, 69.801 eksemplar.
Laboratorium: Gedung Laboratorium (L) berlantai 2, luas ruangan 2.400 m2 (Komputer)
Lembaga penelitian: Pusat Pengembangan Akuntansi dan Keuangan (PPAK)
Kegiatan mahasiswa:
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Badan Legislatif Mahasiswa (BLM), LPM Media Center, Stapala,
Pojok Bursa, Lembaga-lembaga Keagamaan, dll.
Fasilitas lain:
Gedung Administrasi (Gedung A) berlantai 2 (1.996 m2), Gedung Pertemuan (Gedung B) (600 m2), Gedung Serbaguna (2.696 m2), Gedung PPSDM berlantai 3 ( 3.600 m2), Masjid (2.400 m2), Gedung Asrama berlantai 4 ( 3.750 m2), parkir ( 3.000 m2), poliklinik, koperasi, rumah dinas (35 unit), sarana olahraga (bola, badminton, basket, lari), wartel, dsb.
PENDAFTARAN MAHASISWA BARU
Pusat informasi pendaftaran:
Sekretariat Kampus STAN Gedung A, Lantai 2., Jl. Bintaro Utama, Sektor V Bintaro Jaya, Jakarta Selatan.
Syarat: Sesuai ketentuan yang berlaku.
Jalur pendaftaran: Tes. Materi Tes: Tes Kemampuan Umum, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris.
BIAYA PENDIDIKAN
Tanpa biaya pendidikan: Mengingat status STAN adalah perguruan kedinasan, mahasiswa yang dinyatakan lulus USM tidak ditarik biaya pendidikan (akademis) apa pun (seperti SPP, uang pembangunan, biaya laboratorium maupun praktik, selain biaya kontribusi biaya wisuda). Biaya yang dikenakan tidak oleh lembaga STAN dapat terjadi, misalnya, biaya orientasi pengenalan kampus (DINAMIKA).

EVALUASI HASIL BELAJAR

Materi yang diujikan berasal dari materi kuliah yang telah diberikan, penugasan yang telah ditetapkan, buku-buku yang diwajibkan dan dianjurkan dosen. Adapun dasar penilaian adalah nilai semester akhir diperoleh dari gabungan ujian tengah semester, ujian akhir semester, aktivitas kelas dan penyelesaian tugas tugas yang presentase bobotnya 40%, 40%, dan 20%.
Untuk kelulusan mahasiswa dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Penentuan kelulusan dilakukan pada setiap akhir semester.
2. Kriteria kelulusan adalah sebagai berikut:
Lulus langsung, apabila memenuhi syarat:
  • IP (Indeks Prestasi) pada semester ganjil minimal 2,40 dan tidak ada nilai D (LB) pada mata kuliah MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum) dan MKK (Mata Kuliah Keahlian).
  • IP (Indeks Prestasi) Kumulatif pada semester genap (rata-rata IP dalam satu tahun) minimal 2,75 dan tidak ada nilai D (LB) pada mata kuliah MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum) dan MKK (Mata Kuliah Keahlian).
Lulus bersyarat, apabila memenuhi syarat:
  • IP pada semester ganjil minimal 2,40 namun masih terdapat nilai D untuk Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK) maksimal dua mata kuliah dalam satu tahun.
  • IPK pada semester genap minimal 2,75 namun masih terdapat nilai D untuk Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK) maksimal dua mata kuliah dalam satu tahun.
Tidak lulus apabila:
  • IP semester ganjil kurang dari 2,40 atau kehadiran mahasiswa kurang dari 80% dari kegiatan perkuliahan tiap ½ semester (tiap ujian) atau kena sanksi yang lain.
  • IPK semester genap kurang dari 2,75 atau kehadiran mahasiswa kurang dari 80% dari kegiatan perkuliahan tiap ½ semester (tiap ujian) atau kena sanksi yang lain.
3. Mahasiswa dengan status lulus bersyarat diharuskan mengikuti ujian ulangan pada akhir
semester selanjutnya atau waktu yang ditentukan oleh lembaga.
GELAR
Lulusan Pendidikan Program Diploma Keuangan dapat diusulkan untuk diangkat menjadi calon Pegawai Negeri Sipil pada Departemen Keuangan atau Instansi Pemerintah lainnya ke dalam pangkat/golongan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lulusan Pendidikan Program Diploma Keuangan berhak menggunakan sebutan profesional sebagai berikut:
1. Ahli Pratama bagi lulusan Program Diploma I
2. Ahli Madya bagi lulusan Program Diploma III
3. Sarjana Sains Terapan bagi lulusan Program Diploma IV
PERATURAN DISIPLIN PERKULIAHAN
  1. Mahasiswa diwajibkan mengikuti setiap mata kuliah yang telah ditetapkan dalam kurikulum, sekurang-kurangnya 80% dari jumlah jam efektif menurut jadwal yang beraku yang dibuktikan dengan menandatangani Daftar Hadir Mahasiswa.
  2. Setiap mahasiswa pria diwajibkan mengenakan seragam: kemeja lengan pendek/panjang dengan motif polos warna biru muda, putih, abu-abu, atau krem, celana panjang warna gelap dan ikat pinggang.
  3. Setiap mahasiswa wanita diwajibkan mengenakan seragam: busana/blus dengan lengan pendek/panjang dengan motif polos, warna biru muda, putih, abu-abu, atau krem, rok panjang warna gelap dan ikat pinggang.
  4. Setiap mahasiswa dilarang memakai pakaian yang ketat dari bahan jeans dan sebagainya, berwarna mencolok seperti motif barik, kotak-kotak, atau bergaris.