Minggu, 04 Oktober 2009

HABIB SOLEH BIN HADUN ALATTAS

AQIDAH AHLUSSUNNAH WALJAMAAH
Aqidah islam Ahlussunnah waljamaah adalah aqidah orang-orang yang mengikuti Sunnah Nabi dan Sunnah Sahabat Nabi. Nabi mewasiatkan supaya menggigit kuat-kuat Qur’an, Sunnah Nabi dan sahabat meskipun badannya hancur berkeping-keping.
Beliau SAW mengatakan bahwa Umatnya akanterbelah menjadi 73 golongan, umat Nabi Isa as akan terbelah menjadi 72 golongan dan umatnya Nabi Musa as akan terbelah menjadi 71 golongan. Dan masing-masing hanya satu yang selamat. Umatnya Nabi SAW yang selamat itu golongan Ahlussunnah Waljamaah, golongan yang selamat dari umat Nabi Isa adalah golongan hawariyun, dan golongan yang selamat dari umat Nabi Musa adalah umat yang mengikuti ajarannya. Ketinganya disebut Golongan yang selamat (Firqotun Najiyyah).
Imam Maturidi dan Imam Asy’ari merupakan imam yang menjunjung Rumusan Aqidah Ahlussunnah Waljamaah secara terperinci. Imam Maturidi yang terkait beberapa tahun kemunculannya setelah sang pemelopor, Imam Asyariy hanya berbeda sedikit konsepnya diantara keduanya, Namun keduanya tetap merumuskan dan termasuk golongan yang ahlussunah Waljamaah.
Beliau juga menjelaskan sejarah pemilihan khalifah setelah Nabi SAW meninggal. Sepeninggal Nabi SAW hingga dua atau tiga hari sebelum dikuburkan, terjadi pemilihan khalifah yang baru. Dipilihnya Sayyidina Abu Bakar bukanlah tanpa sebab. Ada dasarnya dari AlQur’an yakni Surat AlAshr dan hadits Nabi.
Dalam surat al Ashr, disebutkan: ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Orang disebutkan diatas mengaplikasikan cirri utama yang ada dalam pribadi sebagai berikut:

  1. “Manusia itu benar-benar dalam kerugian”, ini mengarah pada seorang Abu Jahal dan atau Abu lahab
  2. “Orang-orang yang beriman“. Sementara Nabi SAW sendiri menjelaskan Sahabat Nabi yang paling beriman diantara yang lainnya adalah Sahabat Abu Bakar. Apalagi ia juga diberi julukan Ashshiddiq karena keimanan penuhnya terhadap apa yang diucapkan Sang Nabi SAW terutama saat peristiwa Isra Miraj.
  3. “Mengerjakan amal saleh”. Inilah irri utama Sayidina Umar bin Khatab. Ia senantiasa berlomba-lomba mengerjakan amal saleh sebanyak-banyaknya terutama ia ingin menyaingi kebaikan Abu Bakar, namun ia tetap nomor dua karena kebaikan Umar adalah sebagian dari kebaikan Abu Bakar (penulis: lihat Kitab Nashoihul Ibad)
  4. “Nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran (Al-Haq)” Ciri ini terlihat pada Sayyidina Utsman bin Affan yang sangat berjasa mengumpulkan dan membukukan Quran Al Haq kedalam suatu mushaf.
  5. “Nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” Ciri ini ada dalam diri Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang memiliki kesabaran dan derajat ilmu yang tinggi (Baabul Ilm).

Setiap orang yang bertanya tentang suatu ilmu maka setiap huruf keluar dari penjelas atau penjawab akan diiring doa dan permohonan pengampunan dosa dari Malaikat.
Dituliskan dari Nasihat Habib Soleh bin Hadun saat Penulis Silaturahim kepada beliau
30 September 2009


Mengenai Ijazah Ratib Al Attas


Habib Soleh bin Hadun Al Attas menyiarkan Ratib Al-Imam Al-Arif billah Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas dan memberikan baiat dan ijazah kepada umat muslim laki-laki dan perempuan sejak tahun 1975 di Bumi Ayu, Jawa Tengah, sedang beliau menghafal Ratib ini atas didikan ijazah langsung dari ayahanda beliau yaitu Al-Arif billah Al-Habib Muhammad bin Hadun bin Umar Al Attas ra yang wafat sekitar tahun 1996 di Bumi Ayu.
Awalnya beliau ingin sekali supaya Ratib agung ini dikenal di kalangan luas dan dibaca oleh umat Islam pada umumnya bukan saja di kalangan Habib saja.
Al-Habib Umar bin Abdurrahman sebagai Imamnya Auliya dan guru yang agung dimana muridnya banyak yang menjadi Quthb auliya dan menta’lif kitab-kitab diantaranya Syekh Ali Baros dan Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad. Sedangkan Habib Umar hanya mewariskan Ratib yang agung ini serta banyak fadhilah dan manfaatnya. Dimana ratib beliau yang dinamai Azizul Manal, Wafathu Babil Wishol, merupakan hadiah istimewa yang diberikan Allah kepada beliau. Ratib ini baik pilihan bacaannya, urutannya, maupun pengulangan bacaannya merupakan refleksi “Tauhid” yang menyatu pada beliau. Ratib ini membantu mempermudah seorang Muslim keluar dari segala persoalan dan kesukaran di masa lalu, saat ini, dan yang akan datang.
Mengingat kemuliaan dan keagungan ratib ini, dengan akhlaq yang tinggi dan ketawadluan, Habib Soleh meminta izin dan bertanya kepada para habaib yang sering bersilaturahim ke rumah beliau di Bumi Ayu. Apakah ratib Attas yang amat beliau cintai itu boleh disyiarkan kepada seluruh umat Islam atau tidak dengan ijazah baiat sebagai toriqoh? Mengingat kedudukan ratib Attas adalah merupakan toriqoh alawiyah (ahlul bait). Para habaib yang dimintai izin serta pertanyaan tersebut diatas memberikan dua jawaban yaitu ada yang membolehkan dan mendukung penuh serta ada yang melarang.
Mendapat dua jawaban yang berbeda, maka Al-Habib Soleh merenung dan berfikir yang akhirnya beliau beristikhoroh memohon ridlo Allah SWT dan Rasulullah SAW serta Sohibul Ratib.
Dalam istikhoroh beliau sehari, dua hari, hingga satu bulan tidak mendapat petunjuk apa-apa, namun beliau dengan tekun dan tak ada henti-hentinya melaksanakan istikhoroh untuk mendapatkan petunjuk. Hingga pada malam selasa, Bulan Safar tahun 75, Beliau bermimpi berjumpa Rasulullah SAW, dengan menggandeng tangan, beliau mempertemukan dengan Sahibul Ratib Quthbil Anfas, dimana pada saat itu, Sahiburratib sedang duduk bersila di rumah kediaman Habib Muhammad bin Hadun. Saat itu, Rasulullah SAW mendudukkan Habib Soleh berhadap-hadapan dengan Sahiburrotib dengan kedua lutut yang saling merapat dengan sabdanya,
Hadza habibuna Umar bin Abdurrohman Al Attas Shohiburrothib Quthbil Anfas
Dipandangnya wajah Habib Soleh dengan penuh perhatian selayaknya seorang ayah kepada putranya sambil berjabat tangan. Sekitar pukul 03.00 WIB, Habib Soleh terbangun dari tidurnya, dengan rasa bahagia serta bersyukur kepada Allah SWT, atas nikmat serta petunjuk yang diberikan.
Dengan perasaan yang bahagia tersebut, Habib Soleh menulis seluruh kejadian yang teramat indah dalam hidupnya tanpa satupun yang terlewatkan. Sejak kejadian itu, maka fahamlah dengan penuh keyakinan yang mantap bahwa arti semua kejadian yang beliau alami pada malam itu menerangkan bahwa Habib Soleh insyaallah mendapat Ridlo Allah. Dan yang mulia Rasulullah SAW serta izin dari yang mulia Sahiburrotib. Untuk menyiarkan Ratib yang agung dengan ijazah, baiat, sebagaimana toriqoh Alawiyah dengan “mahar” setiap yang berijazah wajib hafal bacaan Ratib.
Alhamdulillah, beberapa harinya banyaklah para santri, kyai, habib yang berijazah, kepada beliau. Al-Habib Soleh direstui dan didukung penuh oleh para Habaib Sepuh diantaranya.
  1. Al-Arif billah Al-Imam Habib Ali bin Ahmad Al Attas, Pekalongan, Jateng
  2. Al-Habib Ahmad Al Attas (Ahmad Ambon), Jakarta
  3. Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hud Al Attas, Condet, Jakarta
  4. Al-Habib Zein Al Attas, Pekalongan, Jateng
  5. Al-Habib Ali bin Syeh Al Attas, Wirodesa, Jateng
  6. Al-Habib Hasan bin Hud Al Attas, Pekalongan, Jateng
Dan para kyai yang merestui dan mengambil ijazah (baiat) langsung kepada beliau Habib Soleh diantaranya:
  1. Mbah abdul malik bin Syeh Ilyas, Gedung Paruk, Banyumas, Jateng
  2. Al Hafidz KH Muhammad Nuh, Purwokerto, Jateng
  3. KH Tarmudi Ihsan Abdus Somad, Bumi Ayu, Jateng
  4. KH Muzni, Karang Cengis, Aji Barang, Jateng
  5. KH Said bin Armiya, Giren, Tegal, Jateng
  6. KH Ahmad Musawa, Laren, Bumi Ayu, Jateng
  7. Kyai Abdul Wahid, Petuguran, Jateng
  8. KH Aminudin, Pengasuh PP Darun Najat, Bumi Ayu, Jateng
  9. Kyai Zulqornaen, Bumi Ayu, Jateng
  10. Ustadz Nur Ikhsan, Dosen Universitas Bumi ayu
  11. Kyai Soelaeman, Bumi ayu, dll
Kesemuanya itu adalah guru-guru yang dimuliakan oleh beliau (semoga Allah meridloi dan memuliakan semuanya)
Insya Alloh bagi yang mengamalkan Ratib ini dengan Istiqomah dan berijazah, akan mendapat kemuliaan dunia dan akhirat kelak, akan teguh beramal soleh mengikuti orang-orang soleh, akan khusnul khotimah membawa iman islam di saat meninggal, akan berjumpa kelak di akhirat dengan para sholihin, mendapat ridlo syafaat Rasulullah SAW, serta Rahmat Allah SWT.
Senantiasa akan diberikan dan dimudahkan dalam segala urusannya, mudah rezekinya, mendapat keamanan, serta keselamatan dhohir batin, dan dijauhkan dari bahaya kebakaran, pencurian, perampokan, penganiayaan, dan dijaga dari bahaya binatang buas dan berbisa, dijauhkan dari serangan sihir dan penyakit yang berat dan memperoleh keberkahan dari Quthbil anfas dan semua Auliya ra. Amin


Jakarta, 30 Rajab 1427 H/ 16 Agustus 2007
JAMRAT (Jamaah Ratib Al Attas)


Jaga agama kalian, upayakanlah selalu untuk saling menolong. Dan bersabarlahkarena sabar akan mengantarmu pada yang lebih baik”
(Pesan SahiburRatib Quthbil Anfas AlHabib Umar bin Abdurrahman Al Attas Ra)


2 komentar:

  1. semoga ilmu yang Beliau ajarkan dapat bermanfaat kpd kita , dan smua kaum muslimin wal muslimat, Khususnya para santri santri beliau.fiddini waddunya wal akhiroh.amin, dan smoga beliau di Tempatkan di tempat yg Mulia di sisi allah..Allahumma ghfirlahu warhamhu Wa 'afihi wa'fuanhu, wa akrim Nuzulahu,,,,oya ko ga ada fotonya alhabib sholeh bin Muhammad bin hadun al athos ?? jd Kita bisa melihat beliau dikala kita kangen.

    BalasHapus
  2. Ustadz mohon ridhonya mau di muat rtikelnya dimajalah, agar publik mengetahui siapa sebenarnya beliau, dan juga untuk mendakwahkan ratib al athas

    BalasHapus