Sabtu, 26 September 2009

AL-MUSNID HABIB UMAR BIN HAFIDZ




Sunday, 04 September 2005
(Terjemah) Ceramah Al Habib Umar Bin Hafidh


Segala puji bagi Allah swt, atas terbitnya Matahari Risalah (saw), yang telah membawa petunjuk-petunjuk menuju Pencipta kita Yang Maha Tunggal, Maha Hidup, dan Maha Berdiri Sendiri, Dan pada Risalahnya (saw), terdapat petunjuk petunjuk bagi para cendikiawan, dan bagi mereka yang mau berfikir, dan bagi mereka yang mau memahami.

Maka akan timbullah dari kefahaman yang suci itu cita-cita mulia dihati mereka yang mengungguli segala cita-cita, tujuan mereka adalah semulia-mulia tujuan, harapan mereka diatas segala harapan, yaitu limpahan anugerah dari yang Maha Pemurah dan Maha Pemberi, yang telah membuka pintu-pintu anugerah tersebut bagi mereka dengan perantara Sebaik-baik makhluk (saw), sebaik-baik kekasih (saw), pemimpin Para Rasul (saw), kekasih Rabbul'alamin (saw), cahaya yang terang benderang (saw), yang berawal dari bimbingan beliaulah terpancar hidayah bagi mereka yang telah mendapatkan hidayah, beliau (saw) adalah sebab pembuka hijab bagi mereka yang telah terbuka hijabnya, beliau (saw) adalah sebab timbulnya kefahaman bagi mereka yang telah mendapatkan pemahaman, dari bimbingan beliaulah (saw) ternaiknya derajat bagi mereka yang telah terangkat derajatnya, termuliakanlah mereka yang mendapatkan derajat yang agung, menjadi dekatlah mereka yang mendapat kedekatan, dan dengan perantaraannyalah sampainya mereka yang telah sampai kepada Tuhannya, maka telah sampai pula kepada Allah swt, dengan perantaraan beliau (saw) mereka yang sampai dengan perantaraan orang lain (para guru) sebagai penyampai (dari sahabat, kepada tabiin, lalu kepada Tabi'tabiin, dst..dst., mereka terus berlanjut dari masa ke masa mencapai keridhoan Allah swt, dengan ujung rantai pertamanya adalah beliau saw).

Maka limpahan sholawat dan salam dari Sang Pencipta baginya (saw) dan bagi yang mengambil petunjuk dari petunjuknya dan bagi yang telah sampai kepada Allah (swt) dengan perantaraannya (saw) yang agung. Sebagaimana telah kita lewati hari hari daurah (Pesantren kilat 40 hari) bersama-sama, ditempat yang mulia ini, yang pada hari-hari tersebut terdapat limpahan cahaya hidayah beliau (saw), limpahan cahaya bukti-bukti beliau (saw), cahaya bimbingan bimbingan beliau (saw), dan arti kebahagiaan di surga Nya (swt) yang telah Dia bukakan ditangan beliau saw bagi umatnya.

Dan telah kita lewati hari-hari tersebut, maka pertanggung jawaban atas hal hal tersebut akan ditegakkan, maka orang yang berakal akan selalu berhati-hati dalam menjalankannya, dan lalu berkonsentrasi pada apa-apa yang ia dapatkan pada hari-hari tersebut, maka akan bangkitlah di hati mereka untuk selalu mengetuk pintu-pintu Kemurahan Nya, selalu mengetuk pintu-pintu Kedermawan Nya, selalu mengetuk pintu-pintu Kebahagian yang hanya berada di genggaman Nya, dan tidaklah seseorang akan mendapatkan hal-hal itu terkecuali yang telah Dia kehendaki untuk mendapatkannya, merekalah orang-orang yang telah ditentukan untuk dimuliakan, dan akan dimunculkan Nya dialam ini, dan Dia akan memperlakukan mereka dengan Kasih Sayang dan Kemurahan Nya, ketahuilah bahwa mereka itu adalah yang mau memahami maksud dan tujuan hidup ini, mau memahami kebangkitan pemilik Magam Mahmud saw (Derajat yang agung), mau memahami tentang sebab dibangkitkannya Beliau saw (Sebab kebangkitannya adalah rahmat bagi sekalian alam), maka mereka itu selalu menghadapkan dirinya untuk menepati janjinya sebagai seorang hamba, selalu tegak dengan kewajiban hamba kepada Pencipta Nya, yang Dia telah ridha dengan amal perbuatan mereka menurut kemampuannya masing-masing dalam mendekatkan diri kepada Nya dan menuju ridha Nya swt, telah ridha dengan hal tersebut dari mereka, walaupun sesungguhnya tidaklah satu makhlukpun mampu menunaikan kewajibannya terhadap Raja Alam Semesta, tidak satu pun dari makhluk bumi atau langit yang mampu menunaikannya, ketahuilah bahwa di langit terdapat malaikat yang sujud sejak ia di ciptakan hingga hari kiamat, ada pula yang selalu ruku' sejak ia diciptakan hingga hari kiamat, dan yang lain selalu tegak berdiri hingga hari kiamat, dan apabila telah datang bagi kita dan bagi mereka hari kebangkitan, maka mereka (malaikat malaikat tersebut) akan berkata: " Maha suci Engkau wahai Tuhan, sungguh kami tidak mampu beribadah untuk menunaikan kewajiban Mu, dan tidaklah kami memahami hakekat ma'rifat kepada Mu ", maka aku dan kalian berada dihadapan Sang Pemilik Kebesaran yang telah menyampaikan seruan Kekasih Nya saw (yang hal tersebut tidak didapatkan oleh para malaikat tadi), Pemimpin para pemilik petunjuk, Imam bagi pemberi petunjuk kepada Yang Maha Besar dan Maha Mulia, maka limpahan sholawat dan salam atas beliau, keluarga serta sahabat beliau.

Tidaklah kita ini dihadapan Sang Penciptan terkecuali hamba yang berlumuran kesalahan, kekurangan dan jauh pula dari kesungguhan, juga dari apa-apa yang memenuhi diri kita dari mengingkari amanah amanah Nya, dari pengingkaran atas janji-janji dalam menunaikan kewajiban Nya, maka wajiblah bagi kita untuk kembali kepada Nya, untuk selalu mengetuk pintu Kemurahan Nya, bertafakkur serta membuka mata lebar-lebar, mengikuti petunjuk, dan untuk selalu menyadari. Maka dengan itulah sempurnanya da'wah bagi mereka yang telah terlihat pada dirinya dari tanda-tanda kesungguhan mereka atas hal-hal ini, atau penghadapan diri terhadap maksud-maksud yang mulia, yang tidaklah seseorang menginginkan hal itu melainkan orang-orang yang telah ia tentukan mendapat limpahan kasih sayang Nya.

Maka akan kau dapatkan mereka itu selalu merindukan untuk mendapat kemuliaan, mendapatkan kenaikan derajat dan kedekatan kehadirat Yang Maha Esa, Maha Sendiri, Maha Memberi, Maha Pencipta, Maha Memulai, Maha Menumbuhkan, yang berbuat menurut Kehendak Nya, yang seluruh alam berada dibawah Genggaman Keperkasaan Nya, dan mereka itu bagi Nya adalah hamba hamba Nya, ketahuilah bahwa engkau bersama seluruh makhluk adalah hamba, Sang Pencipta berbuat pada kita menurut apa yang Ia kehendaki, keinginanmu dan usahamu sungguh tidak menentukan, sungguh ketentuan Nya telah mendahului segalanya, maka selalu tunduk dan diamlah atas kemauan Nya, janganlah kau perbanyak kebingunganmu, sungguh hal itu tak dapat merubah keadaan.., jangan kau perbanyak kebingunganmu dengan ketentuan-ketentuan Nya, juga ketentuan Nya terhadap ciptaan ciptaan Nya, hadapkanlah dirimu hanya kepada yang menciptakan segala-galanya, yang menentukan segalanya, yang Maha Agung Keperkasaan Nya, jadikanlah keperdulianmu hanya kepada sebaik-baik keperdulian, yang dengan perantaraan beliau saw engkau akan dekat kepada Nya swt, dengan perantaraan beliau (saw) pulalah engkau akan dimuliakan, karena dengan mengikuti beliaulah engkau dilimpahi pahala, (tidaklah seseorang mendapatkan pahala terkecuali karena mengikuti ajarannya saw).

(Bersambung, penerjemah : Munzir Almusawa)

HABIB JINDAN BIN NOVEL BIN JINDAN

Bergembira menyambut kelahiran Rasulullah SAW
Ditulis oleh Admin di/pada 17 Maret 2008
Oleh : Ustadz Jindan bin Naufal Bin Jindan

Pujian terhadap Nabi Muhammad merupakan satu hal yang dilakukan oleh sahabat, bahkan di hadapan Rasulullah. Di banyak hadist disebutkan bahwa banyak orang dan penyair yang datang kepada Rasul dan mengucapkan syair yang berisikan pujian terhadap Rasulullah, maka Rasul pun menyambut mereka dan menghormati mereka, serta menyambut baik atas pujian mereka. Sebab beliau tahu bahwa mereka melakukan hal tersebut untuk mendapatkan ridho beliau, yang mana mencari ridho Rasul merupakan jalan untuk mendapatkan keridhoan Allah Ta’ala. Dan mereka, para sahabat Rasulullah, bagaimana tidak memuji Rasulullah, sedangkan Allah sendiri memuji Ar-Rasul shallallahu alaihi wasallam.
Kegembiraan terhadap kelahiran Rasul merupakan hal yang baik di dalam syariat. Bahkan mengenang kisah kelahiran Nabi atau Rasul merupakan sesuatu yang dicontohkan oleh Allah dalam Al-Quran. Sehingga di dalam Al-Quran, Allah menceritakan tentang kelahiran Nabi Isa alaihi salam, juga tentang kelahiran Nabi Musa alaihi salam. Yang mana Allah menceritakan itu semua secara mendetail. Apabila Allah menceritakan kisah kelahiran mereka para Nabi, maka mengapa kita tidak boleh mengenang kisah kelahiran pemimpin sekalian Nabi dan Rasul?
Rasulullah menceritakan bahwa Allah Ta’ala meringankan adzab terhadap Abu Lahab di neraka pada setiap hari Senin, dikarenakan kegembiraannya atas kelahiran Nabi Muhammad sehingga ia membebaskan budaknya yang bernama Ummu Aiman yang membawa kabar gembira tersebut kepadanya. Hadist ini disebutkan di dalam Shahih Al-Bukhori. Padahal Abu Lahab adalah seorang yang kafir yang disebutkan akan kebinasaannya di dalam Al-Quran, sehingga turun surat khusus untuk menceritakan tentang kebinasaannya. Akan tetapi Allah tidak melupakan kegembiraannya dengan kelahiran Nabi Muhammad hingga meringankan adzab baginya setiap hari Senin, hari kelahiran Rasulullah.
Maka bagaimana halnya dengan seorang hamba yang mukmin, yang seumur hidupnya bergembira dengan kelahiran Rasulullah dan meninggal dalam keadaan Islam? Pastilah derajat yang besar bagi mereka. Sebagaimana Allah berfirman,
“Katakanlah (hai Muhammad) bahwa dengan karunia dan rahmat Allah, maka bergembiralah dengan hal itu, itu (kegembiraan kalian) lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
Kegembiraan dengan rahmat dan karunia Allah dituntut oleh Al-Quran, dan kegembiraan tersebut lebih mahal dan lebih berharga dari apa yang dikejar-kejar dan dikumpulkan manusia, baik itu harta ataupun kedudukan.
Karena itu, di bulan kelahiran Rasul yang mulia ini, hendaknya kita memperkuat hubungan kita dengan Rasulullah, dengan menghidupkan sunnah beliau, mengenal riwayat hidup beliau, menanamkan kecintaan terhadap beliau, dalam lubuk hati kita serta keluarga kita, menjadikan Rasulullah sebagai idola yang tertinggi dan paling dekat dengan umat islam, serta memperbanyak shalawat kepada beliau.

===================================================================

Nisbah

Ditulis oleh Admin di/pada 10 Agustus 2008
Oleh :
Ustadz Jindan bin Naufal Bin Jindan

Nasab atau nisbah, artinya adalah hubungan. Setiap orang tidak akan selamat di akhirat melainkan apabila mempunyai nisbah kepada Rasulullah. Selama ia tidak mempunyai nisbah kepada Rasul, maka orang tersebut celaka, celaka, celaka.
Jangan salah paham dulu!
Nisbah itu ada dua macam:


    1. Nisba thiniyyah
    2. Nisbah diniyyah


Nisbah thiniyyah artinya hubungan darah dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, yang kita kenal mereka merupakan para sayyid atau syarif.
Nisbah diniyyah adalah hubungan agama dengan Rasulullah, dan itu adalah hubungan umumnya muslimin.
Nisbah thiniyyah tidak akan membawa manfaat apa-apa tanpa diiringi nisbah diniyyah, sebagaimana kita ketahui dari Allah dalam Al-Qur’an tentang anak Nabi Nuh. Dan manakala seseorang mempunyai kedua nisbah ini, maka sudah jelas dia lebih mulia daripada yang hanya mempunyai satu nisbah, sebab ini merupakan kemuliaan dari Allah Ta’ala yang telah menjadikan rumah tangga mereka sebagai rumah tangga ilmu dan kenabian, rumah tangga akhlak, serta syama’il dan kewalian. Manakala seorang sayyid telah memutus dirinya dari rumah tangga tersebut, maka ia akan hancur berkeping-keping dan menjadi hina, serta binasa.
Berkata seorang muhibbin kepada Habib Abdullah bin Husin bin Tohir,
“Ya Habib Abdullah, saya tidak bersedih kalau saya ini bukan seorang sayyid, sebab sayyid itu kedudukannya tinggi sejak ia dilahirkan. Apabila sayyid tersebut menyimpang berarti telah menjatuhkan dirinya dari tempat yang tinggi, seperti orang yang jatuh dari gunung pasti hancur berkeping-keping. Adapun saya kalau menyimpang, maka hanya seperti jatuh dari meja dan tidak terlalu parah.”
Berkata Habib Abdullah,
“Perkataan orang inilah yang telah mendorongku untuk tetap menjunjung tinggi nasabku dengan mengikuti jejak datuk-datukku.”
Kita melihat banyak sayyid sekarang yang hanya membanggakan nasab dan leluhurnya, akan tetapi menyimpang jauh dari jalan leluhurnya. Sayyid, tapi tidak sholat. Sayyid, tetapi tidak puasa. Sayyid, tapi tidak tahu syurutil wudhu. Bahkan tidak mengetahui sejarah Rasulullah, siapa anak-anak dan istri-istri beliau. Jadi kalau ada yang bilang, “Sayyid tidak tahu kalau dirinya sayyid,” maka inilah orangnya.
Habib Abdullah Alhaddad berkata,
ثم لا تغتر بالنسب لا ولا تقنع بكان ابي
Kemudian jangan tertipu dengan nasabmu, jangan!
dan jangan merasa puas dengan perkataan
“Dahulu ayahku begini atau begitu”
Dalam qasidah yang lain, beliau berkata,
لقد تأخر أقوام وما قصدوا نيل المكارم واستغنوا بكان ابي
Sesungguhnya telah ketinggalan suatu kaum,
yang mana mereka tidak berusaha mencapai kemuliaan dan kehormatan,
dan merasa cukup dengan ucapan-ucapan
“Dahulu ayahku orang besar, atau ini dan itu”
Dikatakan oleh Habib Umar bin Hafidz,
“Membanggakan mereka sebagai leluhur bagi orang yang berjalan mengikuti jejak mereka merupakan suatu kehormatan dan kemuliaan. Adapun bagi orang yang menyimpang dari jalan mereka, merupakan ghurur/tertipu (memalukan).”
Paling tidak, kalau kita tidak bisa menjadi seperti mereka, maka tirulah sedikit demi sedikit dari amalan mereka.





===================================================================


Membanggakan leluhur yang shaleh

Ditulis oleh Admin di/pada 16 Juli 2008
Oleh : Ustadz Jindan bin Naufal Bin Jindan

Ketahuilah bahwa Rasul merupakan makhluk yang paling mulia, yang memuliakannya adalah yang Maha Mulia Subhanahu wa Ta’ala. Nabi-nabi dan para rasul merupakan manusia yang mulia, yang memuliakan juga Allah Ta’ala. Malaikat merupakan makhluk yang mulia, yang memuliakan mereka juga Allah Ta’ala.
Di antara semua makhluk, Allah ingin memuliakan manusia, dan tidak ada yang berani memprotesnya kecuali Iblis dan kita tahu apa akibat yang diterimanya yang berupa laknat sampai hari kiamat.
Dalam hadist shahih yang juga disebutkan oleh Ibnu Hajar di kitab Bulughil Maram bahwa Ar-Rasul menyatakan,
“Allah memilih bangsa Arab untuk memuliakan mereka. Lantas di antara bangsa arab Allah memilih Qurays. Di antara Qurays, Allah memilih Bani Hasyim. Di antara Bani Hasyim, Allah memilihku. Maka aku merupakan terbaik dari kelompok terbaik dari golongan terbaik.”
Shallallahu alaihi wasallam…
Disini Rasulullah membanggakan dirinya karena berasal dari keturunan terbaik dan merupakan manusia terbaik, dan kebanggaan bukan berarti sombong. Sebab kalau tidak, Nabi akan dituduh sebagai orang yang sombong karena terlalu membanggakan dirinya.
Sayyidina Yusuf alaihis salam membanggakan orangtua-orangtuanya sebagaimana mana dikisahkan oleh Allah Ta’ala tatkala Yusuf mengatakan,
“Dan aku mengikuti ajaran ayah-ayahku,”
seraya menyebutkan nama nama merek,
“Dan aku mengikuti agama ayah-ayahku Ibrahim, Ishak dan Ya’qub…” ( QS. Yusuf:38 )
Kalau Nabi Yusuf menyebutkan dan membanggakan ayah-ayahnya para nabi, maka kenapa seorang sayyid (keturunan Rasulullah SAW) yang shaleh tidak boleh membanggakan leluhurnya para wali sampai kepada pemimpin dari seluruh para nabi dan rasul, makhluk yang paling mulia di dunia dan di akherat, yaitu Nabi Muhammad SAW?
Allahumma na’am, bahwa membanggakan para leluhur yang shaleh bagi orang-orang yang menyimpang dari jalan mereka serta tidak mengikuti jejak mereka, merupakan suatu hal yang memalukan bagi orang tersebut dan itu dinamakan ghurur (tertipu) dan ahmaq (tolol).
Adapun bagi orang-orang yang mengikuti jejak mereka (leluhurnya yang shaleh), lantas membanggakan mereka dan mengatakan bahwa yang dianutnya adalah ajaran mereka, maka hal tersebut merupakan suatu kehormatan dan hal yang mulia dan dipuji oleh Allah Ta’ala.
Adapun takabbur (sombong) maka itu sama sekali dilarang di dalam syariat, baik dari sayyid ataupun bukan, bahkan nabi-nabi pun tidak boleh berbuat demikian, sebagaimana kita membaca di banyak cerita dan buku. Sedangkan mutakabbir (orang yang sombong) adalah yang menganggap bahwa dirinya lebih baik dari salah satu makhluk ciptaan Allah Ta’ala1. Hal itu berbeda dengan tahaddust bin ni’mah (menceritakan nikmat Allah Ta’ala) sebagaimana yang dianjurkan Allah di akhir surat Ad-Dhuha.
Di lain pihak, sekalipun Allah meminta kepada kita untuk mencintai para kerabat Rasulullah, maka bukan berarti membolehkan kepada kerabat Rasul untuk menyombongkan diri mereka dengan nikmat yang diberikan Allah Ta’ala. Dan perlu diingat bahwa hubungan yang paling bermanfaat dengan Nabi adalah hubungan agama, ajaran, akhlak dan budi pekerti. Sedangkan hubungan darah tanpa hubungan tersebut sama hasilnya seperti anak nabi Nuh AS. Dan tanpa diragukan bahwa manakala kedua hubungan dapat dipadukan dalam diri seorang sayyid, maka jelas lebih baik dan lebih mulia dari pada satu hubungan saja. Disinilah pemberian Allah Ta’ala yang diberikan kepada siapa yang Dia inginkan dari hamba-Nya. Tidak ada yang bisa mencegah pemberian Allah Ta’ala dan tidak ada yang boleh memprotesnya.
“Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dimana Dia meletakkan risalah-Nya dan kepada siapa”
“(Dia) tidak dipertanyakan akan perbuatan-Nya, dan mereka (para hamba-Nya) yang justru akan dipertanyakan atas perbuatan mereka”
1. Berdasarkan artian takabbur menurut sebagian salaf


=====================================================================

Mau berfatwa?

Ditulis oleh Admin di/pada 30 Mei 2008
Oleh : Ustadz Jindan bin Naufal Bin Jindan

Ini mungkin akan membuat seseorang agar lebih berhati hati di dalam berbicara, apalagi berfatwa. Kalau Imam Malik ulama besar seperti ini, maka sekarang banyak orang yang nama 25 rasul yang disebutkan di Al-Qur’an saja tidak hafal, bahkan syurut istinja’ belum hafal, akan tetapi berani berbicara dalam syariat seenak perutnya dan berfatwa berdasarkan pendapatnya. Syariat bukan, “menurutku… menurutmu…” dan bukan pula, “pendapat saya… perasaanku…”
Akan tetapi,
“Barangsiapa berbicara akan Al-Qur’an menurut pendapatnya (dalam riwayat yang lain : tanpa didasari ilmu), maka bersiap-siaplah akan singgasananya di neraka” (Hadist).
Begitu juga dalam hadist dan syariat islam. Tapi zaman sekarang, pedagang pun bicara hukum, bahkan peminum dan zindiq. Ini kata ulama…., bagaimana kata antum?
Imam Malik R.A. adalah seorang ulama besar dan pemimpin mazhab, dan beliau dijuluki Imam Dar al Hijra. Akan tetapi sekalipun beliau seorang muhaddist dan faqih, beliau sangat berhati hati di dalam berfatwa. Sehingga suatu kali seseorang datang dari baghdad ke Madinah khusus untuk bertanya kepada Imam Malik akan beberapa masalah (lihatlah semangatnya orang dulu, jalan jauh jauh dari Baghdad hanya untuk beberapa masalah. Orang sekarang kadang majlis di depan rumahnya akan tetapi tidak hadir). Maka orang tersebut mengajukan lebih kurang 18 masalah. Tiga di antaranya dijawab oleh Imam Malik, sedangkan yang lain beliau hanya mengucapkan,
“Aku tidak tahu. Aku tidak tahu.” (lihatlah bagaimana beliau berhati hati di dalam berfatwa, dan tidak malu untuk mengucapkan sesuatu yang belum pasti dengan kalimat, “Aku tidak tahu”)
Maka orang tersebut berkata,
“Ya Imam Malik, aku datang jauh-jauh hanya untuk menanyakan kepadamu masalah ini, sedangkan engkau hanya mengucapkan tidak tahu?”
Berkata Imam Malik,
“Dari mana engkau datang?”
Jawabnya,
“Aku datang dari Baghdad.”
Imam Malik,
“Masjid mana yang menaranya paling tinggi di Baghdad?”
Lalu ia menjawabnya seraya menyebutkan nama suatu masjid yang paling tinggi menaranya di Baghdad.
Lantas berkata Imam Malik berkata,
“Bila engkau pulang ke Baghdad, pergilah ke masjid tersebut dan naiklah kepuncak menaranya, lantas berteriaklah dengan sekuat suaramu agar semua orang mendengar bahwa Malik bin Anas adalah orang yang paling bodoh.”


========================================================================


Mensuri-tauladani seorang sosok Ahlul Bait


2 November 2008
Oleh : Ustadz Jindan bin Naufal Bin Jindan

Al-Habib Abdullah bin Husein Bin Thohir seorang Ahlil Bait yang tumbuh di rumah dan keluarga ilmu. Beliau beserta saudaranya Al-Habib Thohir bin Husein Bin Thohir dididik pula oleh bibinya yang juga merupakan ulama besar, bahkan menghapal kitab Minhaj, sekalipun ia seorang wanita. Akan tetapi pada zaman keemasan tersebut ilmu bukan hanya dikuasai oleh para kaum lelaki saja, tetapi bahkan oleh kaum perempuan juga. Sehingga diantara didikan yang diberikan bibinya kepada Al-Habib Abdullah bin Husein Bin Thohir dan Al-Habib Thohir bin Husein Bin Thohir,

“Seandainya kalian berdua mengamalkan adab dan sunnah ketika masuk ke dalam kamar mandi, maka akan nampak pada wajah kalian cahaya ilmu.”

Al-Imam Abdullah bin Umar Bin Yahya, keponakan beliau, ditanya,

“Bagaimanakah engkau mendapati kedua pamanmu, Abdullah bin Husein Bin Thohir dan Thohir bin Husein Bin Thohir?”

Maka dijawab oleh beliau,

“Adapun pamanku, Thohir bin Husein Bin Thohir, maka telah terkumpul di dalam dirinya seluruh sifat dan persyaratan menjadi Al-Imamatul ‘Udzma (pemimpin tertinggi dalam kaum muslimin). Sedangkan pamanku, Abdullah bin Husein Bin Thohir, maka beliau telah menghiasi dirinya dengan al-munjiyaat (seluruh sifat-sifat yang beruntung dan mulia) dan membersihkan dirinya dari al-muhlikaat (seluruh sifat-sifat yang membinasakan dan kotor), serta sifat beliau sebagaimana yang ada dalam kitab Ihya Ulumuddin (kitab karangan Ghazaly yang banyak disukai oleh ulama Ahlil Bait), bahkan lebih lagi.”

Beliau, Al-Habib Abdullah bin Husein Bin Thohir, meninggal dunia di kota Masilah, Hadramaut, dan dimakamkan di kota tersebut. Saat menjelang ajal, beliau dalam keadaan sakaratul maut didampingi dengan isteri beliau yang setia. Seraya isterinya men-talqin-kan beliau kalimat tauhid untuk mengingatkan beliau. Maka tiba-tiba beliau membuka matanya dan menoleh ke arah isterinya, sambil berkata,

“Apabila tujuanmu adalah berzikir kepada Allah, maka berzikirlah sesukamu. Akan tetapi bila tujuanmu untuk mengingatkanku dan men-talqin-kanku, maka engkau tidak perlu kuatir, sebab kalimat La Ilaha IllAlah telah bercampur dengan dagingku, tulangku dan darahku, serta kulitku dan sumsumku.”

Lihatlah akan keagungan Ahlil Bait ini. Bagaimana kalimat tauhid tidak bercampur dengan jasad beliau, sedangkan setiap hari beliau hidup dengan kalimat tauhid tersebut dan membaca setiap harinya 25 ribu kali kalimat “Laa Ilaha Illallah“, dan 25 ribu kali dzikir “Ya Allah, Ya Allah“, dan 25 ribu kali shalawat kepada Rasulullah serta Ahlul Baitnya dan sahabatnya, ditambah dengan Al-Qur’an sebanyak 10 juz ketika Dhuha dan 10 juz ketika Witir. Sungguh luar biasa keagungan Ahlil Bait Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

==================================================================

Masih ada kesempatan – 1

9 September 2009
Oleh : Ustadz Jindan bin Naufal Bin Jindan

Doa-doa yang dianjurkan oleh Rasulullah di bulan Ramadhan adalah
أشهد أن لا اله الا الله استغفرالله نسألك الجنة ونعوذ بك من النار
“Asyhadu allaa ilaaha illallah, astaghfirullah, nas alukal jannata wa na’udzu bika minan naar” (3 kali)
اللهم إنك عفوّ تحب العفو فاعفو عنا
“Allahumma innaka ‘afuwwun, tuhibbul ‘afwa, fa’fu ‘annaa” (3 kali)
Perbanyaklah doa ini, terlebih-lebih sebelum berbuka puasa dan sebelum subuh.
Ramadhan adalah bulan Al-Quran. Ulama menganjurkan untuk banyak mengkhatamkan Al-Quran di bulan ini sekurang-kurangnya satu kali. Diriwayatkan bahwa Imam Syafi’i mengkhatamkan Al-Quran di bulan Ramadhan sebanyak 60 kali.
Malam pertama di bulan Ramadhan dianjurkan untuk sholat empat rekaat dan membaca surat Al-Fath di dalam empat rekaat tersebut, satu muqra’ setiap rekaatnya. (Sekalipun sudah lewat, akan tetapi kita masih bisa berniat untuk tahun yang akan datang)
Sayyidatuna ‘Aisyah bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, apabila aku mengetahui letaknya malam Lailatul Qadr, maka doa apakah yang hendak aku baca?.” Dijawab oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, “Bacalah, wahai ‘Aisyah,
أللّهمّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفوَ فاعْفُ عَنّي
‘Allahumma innaka ‘afuwwun, tuhibbul ‘afwa, fa’fu ‘annaa’ “
(”Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan menyukai maaf, maka maafkanlah aku”)
Disunnahkan sekali untuk menggiatkan ibadah di bulan Ramadhan lebih dari bulan-bulan lainnya. Dan terlebih lebih pada sepuluh hari terakhir.
Jangan tinggalkan sholat Tarawih sebanyak 20 rekaat setiap malamnya. Di dalam Hadist disebutkan,
“Barang siapa bangun di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap ganjaran dari Allah Ta’ala, maka niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lampau.”
Bangun di bulan Ramadhan artinya adalah sholat Tarawih.


Tata krama di dalam berpuasa
Ketahuilah bahwa di dalam berpuasa terdapat adab dan tata krama yang mana tidak sempurna puasa seseorang tanpa tata krama tersebut. Di antara tata krama yang terpenting ialah memelihara lidah untuk tidak berdusta, mencaci orang, mencampuri urusan orang lain, mengekang mata dan telinga dari mendengar dan melihat sesuatu yang tidak halal dan dipandang tidak ada sangkut-pautnya dengan dirinya.
Dan hendaknya menahan perutnya dari memakan makanan yang syubhat, apalagi yang haram, terutama ketika sedang berbuka puasa. Sebagian salaf berkata, “Jika anda berbuka puasa, maka perhatikanlah dengan makanan yang bagaimanakah anda berbuka dan di tempat siapakah anda berbuka.” Ini merupakan anjuran untuk berjaga-jaga dan memperhatikan makanan berbuka kita.
Orang yang berpuasa juga harus memelihara seluruh anggota tubuhnya dari perbuatan dosa, dan menjauhkannya dari segala urusan yang tidak menyangkut dirinya. Dengan demikian sempurna dan bersihlah puasanya. Sebab berapa banyak orang yang berpuasa, akan tetapi membiarkan anggota tubuhnya terjerumus didalam kemaksiatan. Rasulullah bersabda, “Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapat apa-apa dari puasanya melainkan hanya lapar dan haus.” Meninggalkan maksiat menjadi kewajiban bagi orang yang berpuasa dan tidak berpuasa, hanya saja orang yang berpuasa lebih wajib untuk memelihara diri dan lebih dituntut.
Di antara adab puasa yang lain adalah hendaknya orang yang berpuasa tidak terlalu banyak tidur di siang hari, dan tidak terlampau banyak makan di malam hari. Hendaknya bersahaja di dalam kedua perkara ini agar bisa merasakan pedihnya lapar dan dahaga. Dengan begitu kelak jiwanya akan terdidik, nafsu syahwatnya akan terkendali dan hatinya akan bercahaya. Disitulah terletak rahasia dan tujuan puasa yang sebenarnya.
Selanjutnya hendaknya mengurangi segala rupa kemewahan dengan makanan dan minuman yang membangkitkan selera sebagaimana kebiasaan ahli zaman. Sekurang-kurangnya ia tidak melebihkan kebiasaannya di bulan Ramadhan dalam memenuhi selera, bahkan sama dengan bulan-bulan yang lain. Itulah sekurang-kurangnya yang patut dilakukan.
Dan hendaknya di bulan Ramadhan tidak terlalu menyibukkan diri dengan urusan-urusan dunia. Akan tetapi membenamkan dirinya untuk beribadah kepada Allah dan berdzikir dengan semampunya. Tidak menyibukkan diri dengan urusan dunia melainkan sekadar mencukupi kebutuhan diri dan keluarga. Sebab bulan Ramadhan terhadap bulan-bulan lainnya sama seperti hari Jumat terhadap hari-hari lainnya, maka wajarlah seorang mukmin untuk mengkhususkan hari Jumat dan bulan Ramadhan untuk mencari bekal akheratnya.
Di antara adab dan tata krama berpuasa adalah dengan menyegerakan berbuka puasa apabila telah tiba waktunya. Dan sebaiknya berbuka dengan buah kurma, dan jika tidak ada mulailah dengan air.
Nabi shallallahu alaihi wasallam senantiasa berbuka puasa dahulu sebelum menunaikan shalat maghrib. Beliau bersabda, “Umatku senantiasa tetap berada didalam kebaikan, selama mereka menyegerakan berbuka puasa dan mengakhirkan makan sahur.”
Nyatalah bahwa mengakhirkan makan sahur (selama tidak ragu akan terbitnya fajar) adalah sunnah bagi orang yang berpuasa.
Hendaknya orang yang berpuasa membiasakan diri makan sedikit dan tidak berlebihan, sehingga bisa merasakan pengaruh puasa itu atas dirinya. Kelak ia akan menemukan rahasia-rahasia dan tujuan puasa, yaitu mendidik jiwa dan mengurangi nafsu syahwat. Sebab, berlapar diri dan mengosongkan perut bisa meninggalkan pengaruh yang baik untuk menerangi hati nurani dan membangkitkan semangat pada anggoa badan untuk beribadah. Manakala kenyang perut merupakan sumber kelalaian dan bekunya hati, disamping menimbulkan perasaan malas untuk beribadah.

SUNNAH
Termasuk sunnah yang sangat dianjurkan ialah membantu orang yang berpuasa untuk berbuka puasa sekalipun dengan beberapa butir kurma atau seteguk air minum. Nabi bersabda, “Barangsiapa menjamu orang yang berpuasa untuk berbuka puasa, maka baginya pahala puasa dari orang yang dijamunya, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun.”   Pahala ini bagi orang yang mengundang berbuka puasa saja meski hanya dengan segelas air. Adapun orang yang mengundang makan setelah berbuka di rumahnya, atau mengundang makan di waktu yang lain, maka tidak mendapatkan pahala yang besar ini. Dia hanya mendapatkan pahala mengundang makan saja, dan pahalanya pun besar pula.

Shalat Tarawih
Shalat Tarawih yang dikerjakan setiap malam di bulan Ramadhan merupakan sunnah yang sangat dianjurkan. Banyaknya adalah dua puluh rekaat sebagaimana ijma’ para sahabat, yang tidak lain bahwa kesepakatan mereka bersumber dari Rasulullah. Dahulu para salaf membaca Al-Quran dari awal hingga akhir di dalam shalat Tarawih mereka, sekadar kemampuan mereka, hingga mengkhatamkannya pada malam-malam tertentu di bulan Ramadhan. Barangsiapa mampu meneladani mereka hendaknya mengerjakannya. Barangsiapa tidak berkesempatan, maka hendaknya ia berhati-hati dan tidak menganggap enteng shalat Tarawih ini sebagaimana banyak dilakukan oleh orang-orang bodoh yang telah mengabaikan sesuatu rukun yang wajib di dalam shalat itu, seperti meninggalkan thuma’ninah pada ruku’ dan sujud karena terlampau cepat, atau tidak memperhatikan bacaan Fatihah menurut petunjuk yang harus dilakukan, karena ingin segera selesai.

Keutamaan sepuluh hari terakhir
Diriwayatkan bahwa Rasulullah menggandakan amal di bulan Ramadhan melebihi bulan-bulan lainnya. Dan pada masa sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, beliau lebih giat lagi dibandingkan hari-hari sebelumnya.
Beliau juga menganjurkan kepada kita untuk mencari malam Lailatul Qadar pada malam-malam sepuluh hari yang terakhir itu pula. Para ulama berkata, bahwa kemungkinan terjadinya Lailatul Qadar itu pada malam-malam yang ganjil dari sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.
Tegasnya setiap mukmin harus selalu bersiap-siap untuk Lailatul Qadar pada setiap malam dari bulan Ramadhan, dengan memperbanyak amal saleh. Kelak jika malam Lailatul Qadar itu tiba, maka ia sedang sibuk dengan amalannya, sedang sibuk berdzikir kepada Allah, tidak lalai atau lupa.
Apabila demikian sikapnya pada setiap malam Ramadhan, maka ia tidak perlu menunggu-nunggu malam tersebut, baik ia melihatnya maupun tidak. Sebab, orang yang taat beramal di malam Lailatul Qadar itu, amalannya menjadi lebih utama dari amalan seribu bulan, tanpa memandang apakah ia menyaksikan malam itu ataupun tidak. Hanya saja dianjurkan agar ia menyiapkan diri untuk mencari Lailatul Qadar dengan beramal saleh pada setiap malam dari malam-malam bulan Ramadhan, agar amalannya terliput dalam malam Lailatul Qadar.


Rupa dan ruh puasa
Perlu diketahui bahwa puasa mempunyai rupa dan ruh. Rupa puasa adalah menahan diri dari makan dan minum, dan bersetubuh, mulai terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan disertai niat. Barangsiapa makan minum dan bersetubuh pada siang harinya, sedang ia melakukannya dengan sengaja, mengetahui hukum dan bukan terpaksa, maka batallah puasanya. Tetapi jika ia lupa, atau tidak mengetahui hukumnya, ataupun terpaksa, maka puasanya tidak batal.
Adapun halnya ruh puasa ialah menahan diri dari segala dosa dan larangan Allah Ta’ala dan senantiasa mengerjakan segala yang wajib.
Orang yang berpuasa dari makan, minum dan bersetubuh, tetapi tidak menahan diri dari dosa dan larangan Allah Ta’ala, maka puasanya tidak menghasilkan faedah apapun selain susah payah belaka. Karena itu jika berpuasa, hendaknya anda memperbaiki puasanya. Demikian pula terhadap semua amalan anda, hendaknya anda tekun memperbaikinya, menyempurnakannya dan mengarahkannya kepada Allah Ta’ala, dengan penuh tulus ikhlas, sehingga Allah Ta’ala memberikan manfaat dari semua amalan itu kepada kita, dan kita memperoleh balasan yang besar dariNya, ketika kita kembali kepadaNya.

Shalat Tasbih
Shalat Tasbih merupakan satu sunnah yang dianjurkan agama, yaitu empat rekaat. Terdapat banyak riwayat yang menunjukkan keutamaan shalat ini. Dan barangsiapa mengerjakannya, akan diampuni dosanya yang lalu dan yang akan datang.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata kepada pamannya Abbas, “Kerjakanlah shalat Tasbih sekali setiap hari, atau setiap Jumat, atau setiap bulan sekali, atau setiap tahun sekali, atau sekali seumur hidup.”
Shalat Tasbih tersebut bisa dikerjakan empat rekaat sekaligus dengan satu salam, atau dua raka’at dua rekaat dengan dua salam.
Caranya adalah : Pertama, setelah takbiratul ihram, dilanjutkan dengan doa Iftitah. Setelah itu membaca tasbih sebanyak 15 kali. Kemudian membaca Al-Fatihah dan surat sesudahnya, lalu bertasbih sebanyak 10 kali. Kemudian ruku’ dan membaca tasbih sebanyak 10 kali. Lalu i’tidal dan membaca tasbih sebanyak 10 kali. Kemudian sujud dan membaca tasbih 10 kali. Lalu duduk antara dua sujud dan membaca tasbih sebanyak 10 kali. Lantas sujud lagi dan bertasbih 10 kali. Itulah satu rekaat dengan jumlah tasbih sebanyak 75 kali. Maka di dalam shalat Tasbih menjadi 300 kali tasbih. Tasbih yang dibaca adalah:
سبحان الله، والحمد لله، ولا اله الا الله، والله أكبر
Dan setelah selesai shalat Tasbih maka membaca doa shalat Tasbih yang disebutkan oleh para salaf, yaitu:
أللهم إنا نسْألك التوْفِـيْق أهْـل الهُدَى، وَأعْمَالَ أهْـل اليَقِيْن، وَمُناصَحَة أهْل التوْبَةِ، وَعَزْمَ اهْـل الصَّبْر، وَجَدَّ أهل الخشيَةِ، وَطلَبَ اهْل الرَّغبَةِ، وَتعَبّدَ اهل الوَرَع، وَعُرْفانَ اهل العِلْم حَتَّى نخافك. اللهُمَّ إنا نَسْألكَ مَخافة تَحْجُزنا عَن مَعَاصِيْك حَتَّى نَعْمَلَ بطاعَـتِـك عَمَلا نَسْتَحِقُّ بهِ رضَاكَ، وَحَتّى نُنَاصِحُكَ بالتَوْبَةِ خَوْفاً مِنْكَ، وَحَتّى نُخلِصُ لَكَ النّصِيْحَة حَيَاءً مِنكَ، وَحَتّى نتوَكّلَ عَلَيْكَ فِيْ الأمُوْر كُلّهَا حُسْنَ ظنّ بكَ، سُبْحَانَ خَالِق النّوْر. وَصَلّى اللهُ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبهِ وَسَلَّمْ وَالحَمْدُ لله رَبِّ العَالَمِيْن.
Shalat Tasbih dikerjakan secara sendiri-sendiri, dan boleh dilakukan secara berjamaah, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian ulama salaf. Dan tidak ada larangan yang melarang berjamaah dalam shalat Tasbih.

Kitab Nashaih Diniyyah, karangan Habib Abdullah bin Alwi AlHaddad.
Disusun oleh Jindan bin Novel bin Jindan, semoga Allah memaafkannya dan membukakan hatinya, amiin.





HABIB AHMAD BIN NOVEL BIN JINDAN







HABIB SOLEH BIN ALI ALATTAS

Ta’lim:
Kitab Arba’in Nawawi Hadits ke-13
Diasuh oleh Alhabib Soleh bin Ali alattas
(dengan sedikit tambahan)


Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiyallahu anhu, pelayan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai milik saudaranya (sesama muslim) seperti ia mencintai miliknya sendiri”.
[Bukhari no. 13, Muslim no. 45]
Demikianlah di dalam Shahih Bukhari, digunakan kalimat “milik saudaranya” tanpa kata yang menunjukkan keraguan. Di dalam Shahih Muslim disebutkan “milik saudaranya atau tetangganya” dengan kata yang menunjukkan keraguan.
Para ulama berkata bahwa “tidak beriman” yang dimaksudkan ialah imannya tidak sempurna karena bila tidak dimaksudkan demikian, maka berarti seseorang tidak memiliki iman sama sekali bila tidak mempunyai sifat seperti itu. Maksud kalimat “mencintai milik saudaranya” adalah mencintai hal-hal kebajikan atau hal yang mubah. Hal ini ditunjukkan oleh riwayat Nasa’i yang berbunyi :
“Sampai ia mencintai kebaikan untuk saudaranya seperti mencintainya untuk dirinya sendiri”.

Abu ‘Amr bin Shalah berkata: “Perbuatan semacam ini terkadang dianggap sulit sehingga tidak mungkin dilakukan seseorang. Padahal tidak demikian, karena yang dimaksudkan ialah bahwa seseorang imannya tidak sempurna sampai ia mencintai kebaikan untuk saudaranya sesama muslim seperti mencintai kebaikan untuk dirinya sendiri. Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan melakukan sesuatu hal yang baik bagi diriya, misalnya tidak berdesak-desakkan di tempat ramai atau tidak mau mengurangi kenikmatan yang menjadi milik orang lain. Hal-hal semacam itu sebenarnya gampang dilakukan oleh orang yang berhati baik, tetapi sulit dilakukan orang yang berhati jahat”. Semoga Allah memaafkan kami dan saudara kami semua.
Abu Zinad berkata: “Secara tersurat Hadits ini menyatakan hak persaman, tetapi sebenarnya manusia itu punya sifat mengutamakan dirinya, karena sifat manusia suka melebihkan dirinya. Jika seseorang memperlakukan orang lain seperti memperlakukan dirinya sendiri, maka ia merasa dirinya berada di bawah orang yang diperlakukannya demikian. Bukankah sesungguhnya manusia itu senang haknya dipenuhi dan tidak dizhalimi? Sesungguhnya iman yang dikatakan paling sempurna ketika seseorang berlaku zhalim kepada orang lain atau ada hak orang lain pada dirinya, ia segera menginsafi perbuatannya sekalipun hal itu berat dilakukan.
Diriwayatkan bahwa Fudhail bin ‘Iyadz, berkata kepada Sufyan bin ‘Uyainah: “Jika anda menginginkan orang lain menjadi baik seperti anda, mengapa anda tidak menasihati orang itu karena Allah. Bagaimana lagi kalau anda menginginkan orang itu di bawah anda?” (tentunya anda tidak akan menasihatinya).
Sebagian ulama berpendapat: “Hadits ini mengandung makna bahwa seorang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu tubuh. Oleh karena itu, ia harus mencintai saudaranya sendiri sebagai tanda bahwa dua orang itu menyatu”.
Seperti tersebut pada Hadits lain:
“Orang-orang mukmin laksana satu tubuh, bila satu dari anggotanya sakit, maka seluruh tubuh turut mengeluh kesakitan dengan merasa demam dan tidak bisa tidur malam hari”.
Penerapan hadits ke-13 ini menjadi bahan renungan kita apakah selama ini kita sudah Amar ma’ruf Nahi Munkar?
Coba lihat sekeliling kita. Banyaknya masyarakat yang masih melakukan maksiat. Berjudi, minum minuman khamr, berzina, membuka aurat dan masih banyak lagi. Naudzubillahi mindzalika. Maka dari itu, jika kita sebagai muslim saja tidak bisa turut menarik dan meneguhkan saudara-saudara seagama untuk teguh memegang syariat. Bagaimana mungkin kita memiliki iman yang sempurna.
Siapakah Sahabat Nabi, Anas bin Malik ra?
Saking cintanya Seorang ibu yang bernama Ummu Salim terhadap Rasulullah SAW sampai-sampai ia menghadiahkan anaknya yakni Anas bin Malik ra untuk menjadi Khadim (pelayan) keperluan Rasulullah. Itu ia lakukan semata-mata sebagai rangka Fastabiqul Khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) antara sahabat Nabi dengan sahabat yang lainnya. Sahabat Anas yang datang ke Madinah waktu itu masih berumur sekitar 8 -10 tahun, atau dengan kata lain saat ia masih belum baligh. Sahabat Nabi yang satu ini mengabdi khidmah kepada Sang Nabi SAW selama sepuluh tahun. Itulah sebabnya Sahabat Anas menjadi salah satu bagian dari sanad rantai yang cukup banyak ditemui di hadits-hadits Nabi SAW disamping Sahabat Abu Hurairah atau Sayidatuna Aisyah ra.
Para Pelayan yang Mulia
Banyak Orang-orang soleh yang meneruskan cerita-cerita mulia layaknya Anas bin malik ra. Diantaranya Syekh Ali bin Abdullah Baros, Khodim dari Shohiburrotib Quthbil anfas Alhabib Umar bin Abdurrahman alattas, dan juga alhabib Alwi bin Syahab, Khodim dari Alhabib Abdurrahman Masyhur. Berkat keistiqomahan mereka melayani keperluan Syaikh mereka terutama saat Majelis ta’lim seperti menyediakan gahwa (kopi), mengambilkan kitab, dsb., akhirnya mereka mendapatkan anugrah dari Allah berupa kemuliaan atas nama mereka.
Sebagai contoh yaitu Syekh Ali bin Abdullah Baros yang terkenal dengan kealimannya selalu disandingkan namanya dalam tertib Fatihah Ratib alattas. Begitu pula alhabib Alwi bin Syahab yang terkenal akan kealimannya hingga ia dijuluki Ainuttarim (matanya Tarim). Kejadian yang mereka alami hamper sama yakni di penghujung khodimat mereka diperintahkan membuka mulut mereka kemudian sang Waliyullah yakni Syaikh mereka membuang liurnya ke mulut mereka. Hal ini pernah pula terjadi pada salah satu murid dari Syaikhuna KH. Maemoen Zubair yang sebelumnya dikenal sulit menghafal ilmu namun kini menjadi ulama yang besar namanya dengan kealimannya.
Hal-hal tersebut yang menginspirasi para ulama meneruskan tradisi Syukuran Kelahiran putra mereka dengan meminta Guru-guru dan para alim yang lain yang menghadiri untuk meremah-remah kurma dengan mulut mereka sehingga lumatan kurma itu dimasukkan ke dalam mulut sang Bayi.




KH SOLEH BASALAMAH

KH MUHAMMAD CHASANI SA’IDI

KH AHMAD SA’IDI

KH SULTHON BARMAWI

USTADZ PAYAGE

Bidayatul Hidayah

Muqaddimah BIDAYATUL HIDAYAH
Dengan menyebut nama Allah Yung Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
“Katakanlah sesungguhnya petunjuk yang benar adalah milik Allah”
Berkata seorang Syekh yang besar, imam yang sangat terkemuka, Al-Alim Al-Allamah, pembela Islam, pembawa banyak berkah bagi manusia, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al-Ghozali, semoga Allah mensucikan ruh beliau dan menyinari kuburnya. Amin

Ta’lim Muta’allim

Fathul Qarib

Nashaihul Ibad

Nashaihuddiniyyah

Nashoihuddiniyyah
Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad

Amar makruf nahi mungkar
“Orang-orang yang beramar makruf nahi mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”(QS. Ali Imran: 104)
Maksud beruntung disini adalah sukses dan bahagia di dunia dan akherat. Amar makruf nahi mungkar adalah syiar Islam yang terbesar dan merupakan asas Islam serta tugas utama kaum muslimin. Rasulullah SAW bersabda:

Mandhumah Washiyatul Ikhwaniyah

Al Imam Al Habib Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Muhsin bin Alhusain bin Umar bin Abdurrahman Alattas

Wasiatku padamu wahai saudaraku! Taatlah kalian selalu kepada Allah
Dan janganlah kalian menyiakan waktu kalian, kelak kalian kan menyesali yang dilewatkan
Karena sesungguhnya modal terbesar seseorang adalah masa mudanya dan sumber kerugiannya adalah mengulur-ulurkan waktunya
Alangkah indah taatnya para pemuda maka bergegaslah untuk selalu bertakwa, saudaraku!
Makmurkan waktu kalian dengan taat dan dzikir setiap waktu
Karena barang siapa yang tersiakan sesaat dari waktunya maka akan menjadi penyesalan untuknya di kuburnya
Dan yang mengatakan aku masih muda, tunggu ketika ku dewasa ku kan takut pada Allah
Sesungguhnya mereka itulah yang ditipu iblis dan hatinya telah lalai dan tertutup
Celakalah mereka yang tak bertaubat saat muda dan tak pernah mau melihat kekurangannya
Jika kau ingin mengikuti jejak Sang Nabi maka jauhilah teman yang dapat merusakmu
Pilihlah kawan yang bisa membimbingmu sebab sseorang selalu mengikuti perilaku kawannya
Persahabatan dengan orang solih merupakan obat hati dan menambah semangat dan tabahnya hati

Sedangkan persahabatan dengan orang bodoh adalah penyakit dan membutakan Serta menambah penyakit bagi hati yang sakit
Bertaubatlah kepada Tuhanmu hai manusia sebelum terlambat dengan datangnya kematian
Wahai yang lalai dan lupa pada Tuhannya! Renungkanlah… dengan apa kau kan menghadap kepadaNya?!
Apakah kau tak berfikir bahwa kematian datang dengan cepat?! Dan tidakkah kau berfikir bahwa yang didapat manusia hanyalah hasil dari perbuatannya?!
Dan sungguh tidak ada yang dapat dipetik oleh manusia setelah kematian Melainkan buah dari apa yang ia perbuat (di dunia)?!
(dengarkanlah Nasihatku) Wahai orang yang bangkrut (perdagangan akhiratnya), panjang angan-angannya…menyia-nyiakan waktunya serta banyak alasannya
Siang harinya dilalui dengan foya-foya dan di malam hari tidur dengan keadaan sangat tercela
Doamu untukku (selalu ku harapkan) wahai yang mendengar wasiatku…Agar (Tuhan) selalu mengampuniku dan menutup usiaku dengan syahadat
Segala puji bagi Allah atas selesainya wasiat ini sepanjang diserukannya solat
Dan sholawat semoga selalu tercurah kepada Nabi Sang Pemimpin selama merpati-merpati menyanyi diatas dahan dan juga kepada keluarganya selama pagi tetap bersinar serta para sahabatnya selama angin tetap berhembus

Aqidatul Awam

KLIK INI UNTUK DOWNLOAD SYARH AQIDATUL AWAM

Kitab Nazhom Aqidatul awam karangan Syech Ahmad al marzuqi bermula dari mimpi Syech Ahmad Marzuki  pada malam jumat pertama di bulan Rajab tahun 1258  yang bertemu dengan Rosululloh saw dan para sahabatnya, dalam mimpi tersebut Rosululloh saw berkata kepada Syech Ahmad al marzuki “Tulislah Nadzhom Tauhid “  barang siapa yang menghafalnya dia akan masuk kedalam surga dan mendapatkan segala macam kebaikan yang sesuai dengan Al quran dan Sunnah .” Syech Ahmad marzuki pun bingung dan bertanya kepada Rosululloh saw ” Nadzhom apa ya Rosululloh..??. Para sahabat menjawab ” Dengarkan saja apa yang akan Rosululloh saw ucapkan ” . Nabi Muhammad saw berkata ” Ucapkan..

Rokok, Solusi Kepelikan Ekonomi

Musik di Indonesia Semakin Agresif

Pekerja Vs Pembuka Lapangan Kerja

Sinetron Pengeruh Hati

D4 apa S1 yah?

Perbaikan Fisik di STAN

Kalau difikir2 pembangunan fisik di STAN yang wah3x ini dibarengi pembenahan yang baik gak ya???
Secara umum benar bahwa STAN butuh fasilitas yang baik, kondisi bangunan mendukung kebanggaan diri pada almamater. Saya pribadi mengalami masa transisi tersebut.
Awalnya saya mengerutkan dahi melihat pembangunan sebuah pancuran air yang memakanratusan juta bahkan beredar isu ampe milyaran, tetapi setelah mendengar atas beberapa hal dalam penataan kurikulum juga transparansi nilai Mahasiswa mulai dilaksanakan, juga tak ketinggalan pula kesohihan USM STAN di-ISO-kan...
Semoga ke depan STAN menjadi PTK yang selalu menjadi contoh baik bagi PTK yang Lain dan Perguruan lainnya..
Selain itu, saya berharap STAN melahirkan generasi punggawa keuangan negara yang baik. amin

Sakit Jantung Setiap Penghujung Semester

Dosen adalah Raja

Menghilangkan SeTAN STAN

Profil STAN

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

Status: Kedinasan (Departemen Keuangan RI)
Alamat Kampus:
  • Jl. Bintaro Utama Sektor V, Bintaro Jaya, Jakarta Selatan
  • Jl. Ceger Raya, Kel. Jurangmangu Timur, Kec. Pondok Aren, Tangerang, Banten 15222.
Telepon: (021) 7361654 – 7361658 (Hunting)
Faks.: (021) 7361653
Website: www.stan.ac.id
Direktur: Kusmanadji Ak., MBA.
SEJARAH SINGKAT
Tahun Berdiri: 1964
Pendiri: Departemen Keuangan RI
Sebelumnya, 1952, Departemen Keuangan mendirikan pendidikan Ajun Akuntan Negara dan Ajun Akuntan Pajak. Lalu mendirikan Akademi Pajak dan Pabean (1956), Sekolah Tinggi Ilmu Keuangan Negara (1959), Akademi Treasuri Negara (1960). Pada 1965, Akademi Perbendaharaan Negara, lalu Ajun Akuntan Pajak diubah menjadi Akademi Ajun Akuntan Pajak. Pada 1967, didirikan Institut Ilmu Keuangan (IIK) yang mengintegrasikan program-program pendidikan tinggi di lingkungan Dep-Keu dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dari status kelembagaan, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) berada di bawah pembinaan Eselon I Dep-Keu: Badan Pendididikan dan Pelatihan Keuangan – Keppres 12/1976. Kampus
STAN diresmikan pada 4 Agustus 1986.
KAMPUS
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) merupakan penyelenggara pendidikan program Diploma Bidang Keuangan dalam lingkungan departemen keuangan, bertujuan untuk mendidik mahasiswa supaya mempunyai pengetahuan dan keahliah di bidang Akuntansi dan keuangan sektor publik dan mempersiapkan mahasiswa agar kelak menjadi Pegawai Negeri Sipil yang berdisiplin tinggi, berakhlak tinggi, dan penuh dedikasi.
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) ditetapkan dengan peraturan Menteri Keuangan Nomor: 1/PMK/1977 tanggal 18 Februari 1977. Sedangkan Program Diploma Keuangan dalam lingkungan Departemen Keungan telah dilimpahkan tanggung jawab pengelolanya kepada Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) sesuai dengan surat Tugas Kepala Badan Pendidikan dan Latihan Keuangan (BPLK) Nomor: ST-098/BP/1987 tanggal 31 Oktober 1997 dan Surat Edaran Kepala BPLK Nomor: SE-048/BP/1998 tanggal 29 Oktober 1998.
PROGRAM STUDI DI STAN
Program studi di STAN terdiri dari Program Diploma I Bidang Keuangan, Program Pendidikan Asisten/Pembantu Akuntan, dan Program Diploma III Keuangan Khusus. Program Diploma Keuangan terdiri dari:
a. Program Diploma I (DI) Keuangan Spesialisasi, yaitu:
  • Kebendaharaan Negara
  • Administrasi Perpajakan
  • Kepabeanan dan Cukai
  • Penilai/Kepiutang Lelangan
b. Program Diploma III (DIII) Keuangan Spesialisasi, yaitu:
  • Akuntansi Pemerintahan
  • Kebendaharaan Negara
  • Administrasi Perpajakan
  • Kepabeanan dan Cukai
  • Penilai/Pajak Bumi dan Bangunan
  • Penilai/Kepiutang Lelangan
c. Program Diploma IV (DIV) Keuangan Spesialisasi Akuntansi
d. Selain Program di atas diadakan pula:
  • Program Pendidikan Asisten/Pembantu Akuntan
  • Program Diploma III Keuangan Kurikulum Khusus
BEBAN STUDI PENDIDIKAN PROGRAM DIPLOMA KEUANGAN
  1. Diploma I minimal 40 SKS dan maksimal 50 SKS.
  2. Diploma III minimal 110 SKS dan maksimal 120 SKS.
  3. Diploma IV minimal 144 SKS dan maksimal 180 SKS.
  4. Pendidikan Asisten/Pembantu Akuntan minimal 40 SKS dan maksimal 50 SKS.
  5. Pendidikan Program Diploma Kurikulum Khusus adalah minimal 40 SKS dan maksimal 60 SKS.
WAKTU STUDI
  1. Diploma I adalah 2 (dua) semester, yang harus diselesaikan dalam waktu 1 (satu) tahun.
  2. Diploma III adalah 6 (enam) semester, yang harus diselesaikan dalam waktu 3 (tiga) tahun.
  3. Diploma IV adalah 8 (delapan) sampai 10 (sepuluh) semester, yang harus diselesaikan dalam waktu 4 (empat) sampai 5 (lima) tahun.
  4. Pendidikan Asisten/Pembantu Akuntan adalah 2 (dua) semester, yang harus diselesaikan dalam waktu 1 (satu) tahun.
  5. Pendidikan Program Diploma Kurikulum Khusus adalah 2 (dua) sampai 3 (tiga) semester, yang harus diselesaikan dalam waktu 1(satu) sampai 1,5 (satu setengah) tahun.
FASILITAS KAMPUS
Ruang kuliah:
Gedung C: 3.296 m2, Gedung D: 3.296 m2, Gedung E: 4.400 m2, Gedung F: 4.400 m2.
Perpustakaan: Gedung Perpustakaan (P) berlantai 2: luas ruangan 3.296 m2, koleksi 9.528 judul, 69.801 eksemplar.
Laboratorium: Gedung Laboratorium (L) berlantai 2, luas ruangan 2.400 m2 (Komputer)
Lembaga penelitian: Pusat Pengembangan Akuntansi dan Keuangan (PPAK)
Kegiatan mahasiswa:
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Badan Legislatif Mahasiswa (BLM), LPM Media Center, Stapala,
Pojok Bursa, Lembaga-lembaga Keagamaan, dll.
Fasilitas lain:
Gedung Administrasi (Gedung A) berlantai 2 (1.996 m2), Gedung Pertemuan (Gedung B) (600 m2), Gedung Serbaguna (2.696 m2), Gedung PPSDM berlantai 3 ( 3.600 m2), Masjid (2.400 m2), Gedung Asrama berlantai 4 ( 3.750 m2), parkir ( 3.000 m2), poliklinik, koperasi, rumah dinas (35 unit), sarana olahraga (bola, badminton, basket, lari), wartel, dsb.
PENDAFTARAN MAHASISWA BARU
Pusat informasi pendaftaran:
Sekretariat Kampus STAN Gedung A, Lantai 2., Jl. Bintaro Utama, Sektor V Bintaro Jaya, Jakarta Selatan.
Syarat: Sesuai ketentuan yang berlaku.
Jalur pendaftaran: Tes. Materi Tes: Tes Kemampuan Umum, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris.
BIAYA PENDIDIKAN
Tanpa biaya pendidikan: Mengingat status STAN adalah perguruan kedinasan, mahasiswa yang dinyatakan lulus USM tidak ditarik biaya pendidikan (akademis) apa pun (seperti SPP, uang pembangunan, biaya laboratorium maupun praktik, selain biaya kontribusi biaya wisuda). Biaya yang dikenakan tidak oleh lembaga STAN dapat terjadi, misalnya, biaya orientasi pengenalan kampus (DINAMIKA).

EVALUASI HASIL BELAJAR

Materi yang diujikan berasal dari materi kuliah yang telah diberikan, penugasan yang telah ditetapkan, buku-buku yang diwajibkan dan dianjurkan dosen. Adapun dasar penilaian adalah nilai semester akhir diperoleh dari gabungan ujian tengah semester, ujian akhir semester, aktivitas kelas dan penyelesaian tugas tugas yang presentase bobotnya 40%, 40%, dan 20%.
Untuk kelulusan mahasiswa dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Penentuan kelulusan dilakukan pada setiap akhir semester.
2. Kriteria kelulusan adalah sebagai berikut:
Lulus langsung, apabila memenuhi syarat:
  • IP (Indeks Prestasi) pada semester ganjil minimal 2,40 dan tidak ada nilai D (LB) pada mata kuliah MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum) dan MKK (Mata Kuliah Keahlian).
  • IP (Indeks Prestasi) Kumulatif pada semester genap (rata-rata IP dalam satu tahun) minimal 2,75 dan tidak ada nilai D (LB) pada mata kuliah MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum) dan MKK (Mata Kuliah Keahlian).
Lulus bersyarat, apabila memenuhi syarat:
  • IP pada semester ganjil minimal 2,40 namun masih terdapat nilai D untuk Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK) maksimal dua mata kuliah dalam satu tahun.
  • IPK pada semester genap minimal 2,75 namun masih terdapat nilai D untuk Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK) maksimal dua mata kuliah dalam satu tahun.
Tidak lulus apabila:
  • IP semester ganjil kurang dari 2,40 atau kehadiran mahasiswa kurang dari 80% dari kegiatan perkuliahan tiap ½ semester (tiap ujian) atau kena sanksi yang lain.
  • IPK semester genap kurang dari 2,75 atau kehadiran mahasiswa kurang dari 80% dari kegiatan perkuliahan tiap ½ semester (tiap ujian) atau kena sanksi yang lain.
3. Mahasiswa dengan status lulus bersyarat diharuskan mengikuti ujian ulangan pada akhir
semester selanjutnya atau waktu yang ditentukan oleh lembaga.
GELAR
Lulusan Pendidikan Program Diploma Keuangan dapat diusulkan untuk diangkat menjadi calon Pegawai Negeri Sipil pada Departemen Keuangan atau Instansi Pemerintah lainnya ke dalam pangkat/golongan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lulusan Pendidikan Program Diploma Keuangan berhak menggunakan sebutan profesional sebagai berikut:
1. Ahli Pratama bagi lulusan Program Diploma I
2. Ahli Madya bagi lulusan Program Diploma III
3. Sarjana Sains Terapan bagi lulusan Program Diploma IV
PERATURAN DISIPLIN PERKULIAHAN
  1. Mahasiswa diwajibkan mengikuti setiap mata kuliah yang telah ditetapkan dalam kurikulum, sekurang-kurangnya 80% dari jumlah jam efektif menurut jadwal yang beraku yang dibuktikan dengan menandatangani Daftar Hadir Mahasiswa.
  2. Setiap mahasiswa pria diwajibkan mengenakan seragam: kemeja lengan pendek/panjang dengan motif polos warna biru muda, putih, abu-abu, atau krem, celana panjang warna gelap dan ikat pinggang.
  3. Setiap mahasiswa wanita diwajibkan mengenakan seragam: busana/blus dengan lengan pendek/panjang dengan motif polos, warna biru muda, putih, abu-abu, atau krem, rok panjang warna gelap dan ikat pinggang.
  4. Setiap mahasiswa dilarang memakai pakaian yang ketat dari bahan jeans dan sebagainya, berwarna mencolok seperti motif barik, kotak-kotak, atau bergaris.

Pelet

•• P E L E T ••
oleh Masaji Antoro pada 01 November 2010 jam 14:34

Dalam catatan berikut, kita akan sedikit menyibak tentang pengertian pelet, ciri-ciri orang yang sudah terkena, cara menghindarinya dan cara menangani mereka yang terkena daya magic "Mantra Cinta" ini.



Pelet merupakan jenis ilmu gaib yang berfungsi untuk mempengaruhi alam bawah sadar seseorang agar jatuh cinta kepada orang yang mengirim pelet tersebut.

Ilmu Pelet sebenarnya bukan saja di kenal di Indonesia ilmu gaib ini juga dikenal di berbagai belahan dunia. Memang untuk masing-masing daerah istilah pelet mungkin saja akan berbeda namun tujuan dari ilmu itu tetap saja sama, yaitu menanamkan rasa cinta di hati sasaran



Macam-macam Pengaruh Pelet :

1. Bulanan

Pengaruh peletnya mampu mencapai satu bulan penuh, di mana seorang itu tidak mudah melupakannya, namun setelah satu bulan terlewati kesadarannya pun akan pulih kembali.

2. Tahunan

Pengaruh peletnya mampu mencapai satu tahun penuh namun setelah lebih dari satun tahun, sama halnya dengan jenis sebelumnya akan pulih kesadarannya.

3. Permanen atau Selama-lamanya

Pengaruh peletnya mampu mencapai tanpa batas waktu tertentu, ini benar-benar bahaya, orang yang terkena pelet akan mengalami gangguan kejiwaan karena benar-benar tertekan oleh pengaruh kekuasaan ilmu magis dari mantra cinta.



Ciri-ciri orang yang terkena pengaruh pelet :

1. Tidak rileks

2. Saat tidur sering mengeluarkan air liur dan kadang giginya gemeretak seperti mengigit sesuatu hingga terdengar suatu suara

3. Saat bangun tidur kerongkongannya serasa kering karena sangat merasa kehausan dan akan membutuhkan minum air banyak sekali

4. Merasa Stress

5. Selalu mengalami mimpi buruk yang membuat dia ketakutan

6. Bila berjalan sendirian dikegelapan sering merasa diikuti oleh seseorang

7. Tidak suka dengar suara adzan (tapi biasanya dia malu mengungkapkannya)

8. Gelisah bila mendengar bacaan Al Quran

9. Suka menyendiri

10. Tidak suka mengunjungi dan dikunjungi orang lain

11. Tidak suka kebersihan

12. Kadang merasa kepanasan, kadang kedinginan meski hanya di bagian tertentu saja.

13. Seolah melihat sesuatu dan apa yg dia lihat itu bergerak cepat sekali tetapi orang tersebut tidak bisa melihatnya

14. Pada beberapa kasus kadang akan melihat hewan seperti ular, ulat dll. Padahal semuanya tidak nyata.

15. Pada beberapa kasus akan merasakan sakit di kepala, tangan,kaki, dan di bagian-bagian tertentu di tubuh tetapi jika di cek medis tidak menemukan suatu penyakit Apapun

16. Lemah ingatan, pelupa terhadap dirinya sendiri dan mudah berganti pikiran (plin-plan)



Langkah-langkah dalam menangani orang yang terkena gangguan pelet :

1. Hindarilah kontak mata secara lansung, jangan berlama-lama menatap mata sebab mata di jadikan bahan menggelabui atau mempengaruhi.

2. Bacakan surat Albaqarah di hadapan bejana, surat itu panjang sekali, maka bisa di baca sedikit sedikit, atau di bagi bagi oleh beberapa orang, lalu bejana air itu siramkan di rumah dan minumkan pada orang yang di duga terkena pelet.

Rasulullah saw :”Sungguh Jin dan syaitan itu akan keluar dari rumah yang di baca padanya surat Albaqarah” (Shahih Muslim)

3. Bacakan surat al-Ikhlas, al-Falaq, an-Nas, ayat kursi.

Di riwayatkan dari Abdullah bin Khabib katanya, kami pernah keluar mencari Rasulullah saw untuk salat mengimami kami. Lalu kami jumpai beliau, lantas bersabda, "Katakan!", maka saya tidak berkata apa-apa. Kemudian beliau bersabda, "Bacalah surat Qul huwallahu ahad dan al Mu'adwwidzatain ketika kamu masuk sore dan waktu pagi (setiap sore dan pagi) tiga kali, itu cukup bagimu untuk menjaga diri dari segala marabahaya". (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, dan Nasa'i).



Ibnu Katsir mengatakan, "Yang paling manjur untuk menghilangkan sihir adalah apa yang diturunkan Allah kepada Rasul-nya, yaitu membaca surat al Falaq dan An Nas. Dalam sebuah hadits disebutkan: "Yang paling baik untuk menangkal sihir adalah kedua surat itu al-Falaq dan An-Nas, begitu juga membaca ayat Kursi, karena ayat ini dapat mengusir setan."

4, Bacakan surat al-Baqarah secara keseluruhan atau (2) dua ayat terakhir dari al Baqarah.

Rasulullah saw :

''Sungguh Jin dan syaitan itu akan keluar dari rumah yang dibaca padanya surat Albaqarah” (Shahih Muslim)

"Dua ayat terakhir dari surat al Baqarah, siapa saja membacanya pada malam hari itu cukuplah baginya untuk menangkal setan." (HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi).

4. Bacakan Surat Al-faatihah

Sabda Rasulullah Saw:

"Surat al Fatihah itu adalah obat dari segala penyakit." (HR. Baihaqi)

"Surat al Fatihah itu adalah obat dari racun." (HR. Said bin Manshur al Baihaqi).



Cara Menghindar dari Pengaruh Pelet :

Seseorang bisa terkena pelet pada prinsipnya karena kurang menancapkan iman dan tauhid di lubuk hatinya yang paling dalam sehingga mengakibatkan jiwanya labil, mudah di pengaruhi dan tidak tenang. Perbanyak ingat dan selalu berdzikir kepada Allah di setiap saat dengan bacaan-bacaan dzikir yang sesuai dengan tuntunan ‘Rasulullah SAW.

Wallaahu A'lamu bi Asshawaabi

http://www.facebook.com/note.php?note_id=155694564472149

Buletin Islam dan Adabnya

Buletin islam dalam perkembangannya sangat berguna dalam menyebarkan dakwah islam. Meski terkesan instan, namun buletin islam ini sudah seharusnya menjadi jalan terbukanya daftar baru bagi mereka yang ingin menjadi para penuntut ilmu sesungguhnya. Selain itu, buletin islam menjadi perantara dasar pemikiran atau ideology maupun dasar pengamalan orang-orang awam yang belum terlalu peduli terhadap pentingnya menuntut ilmu dengan lebih mendalam. Transfer ilmu melalui buletin islam ini menjadi penting karena semakin lama semakin banyak yang enggan untuk bertanya langsung kepada ulama.

Melihat kenyataan itu, kita tidak bisa menyalahkan orang-orang atas hal tersebut. Yang bisa diharapkan dari membuat buletin islam tersebut pastinya adalah buletin itu menjadi awal adanya ghiroh pembaca yang senantiasa tertarik pada ilmu agama dan mau mencarinya. Oleh karena itulah, buletin islam hendaknya menunjukkan keindahan dakwah dan menunjukkan nuansa islam secara moderat meski hanya selembar kertas biasa.

Adab-adab Membuat Buletin Islam
Diantara ciri-ciri buletin Islam yang baik ialah buletin islam yang tetap memperhatikan adab-adab sbb: 
  • Jangan mencantumkan ayat suci atau Lafadz Jallallah secara Hijaiyyah
    Terkait dengan firman Allah SWT: Laa yamassuhuu illal muthohharuun (Al-Waqiah: 79) yang artinya: tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Ini menjadi landasan kefardhuan/kesunnahan untuk bersuci dari hadats sebelum memegang Qur’an. (Madzhab Syafi’I mewajibkan, tiga madzhab yang lain menyunahkan). Keterangan ini tidak terbatas pada arti mushafnya saja melainkan potongan ayatnya juga dan setiap Lafadz Jallallah atau Allah. Oleh sebab itu, sedapat mungkin buletin tidak mencantumkan ayat suci/ lafdzul Jallallah karena tidak diketahui bagi pembuat buletin mengenai pengetahuan pembaca akan keterangan diatas. Jangankan untuk disentuh tanpa berwudlu, kadangkala buletin yang mempunyai ayat suci atau lafdzul Jallallah itu dibiarkan di lantai, setara dengan telapak kaki kita, bahkan lebih parahnya lagi buletin itu diinjak-injak para pembaca atau siapapun yang melewatinya. Sadar atau tidak, hal tersebut mencerminkan semakin lunturnya adab terhadap ayat suci AlQur’an. Melihat kenyataan ini, kadang penulis teringat cerita sejarah dimana para penjajah yang menyiksa kaum pribumi Muslim kemudian menghina Qur’an dengan menginjak-injaknya di hadapan Muslimin saat itu. Na’udzubillah, tentu kita tidak mau mempraktekkan kembali kejadian tersebut, bukan?
  • Buletin harus disesuaikan dengan objek pembacanya   
    Pernah suatu kali penulis menjumpai seorang ta’mir masjid di dekat kampus penulis yang marah besar dengan kelakuan oknum penyebar buletin bermerk AlFurqon yang bermanhaj Wahabiyyah. Lebih parahnya lagi saat itu, sang oknum tidak meminta izin kepada ta’mir masjid dan terkesan ditutup-tutupi supaya tidak diketahui siapapun. Tentunya, masyarakat yang hampir seluruhnya Nahdliyin (NU) di sekitar masjid tersebut gerah dikarenakan isi buletin tersebut. Semakin lama isi yang diangkat memuat pernyataan membid’ahkan amaliyah kaum Nahdliyin. Cara mereka yang secara sengaja tidak memperhatikan objek pembacanya menjadi sumber buruknya citra buletin islam tersebut. Itu hanyalah satu contoh, bisa saja yang terjadi adalah sebaliknya.
  • Sebisa mungkin tidak mengangkat masalah khilafiyah
    Tidak terlepas dari contoh kasus di poin kedua, hal lain yang perlu diperhatikan ialah masalah khilafiyah atau perbedaan pendapat. Sebisa mungkin buletin Islam tidak mengangkat masalah Khilafiyah. Penulis tidak akan menjelaskan panjang lebar kesalahan paham-paham wahabiyyah dari contoh tadi, namun terlebih kepada masalah toleransi perbedaan pendapat. Maksud penulis adalah siapapun orangnya atau siapapun kelompoknya, sudah seharusnya bisa menghargai perbedaan yang ada di masyarakat. Paling tidak, dalam mengemukakan masalah khilafiyah seharusnya dijelaskan bahwa pendapat tersebut adalah pendapat ulama manhaj A atau madzhab B dsb. Sehingga secara sosial, buletin tersebut dapat diterima dengan baik. Inilah nilai toleransi yang seharusnya dijunjung setiap Muslim.
  • Melengkapi identitas pembuat/penyebar buletin islam
    Penyertaan Identitas, alamat, maupun nomor telepon pembuat/penyebar buletin menjadi hal penting tatkala buletin tersebut membutuhkan pertanggungjawaban dari pembuat/penyebarnya. Suatu saat bisa saja sang pembaca ingin menanyakan suatu hal yang ada dalam kandungan materi buletin atau bisa juga terkait masalah perizinan penyebaran. Maka dari itu, tidak ada salahnya apabila buletin islam dilengkapi dengan identitas pembuat/penyebarnya.

Itulah beberapa adab yang perlu diperhatikan dalam pembuatan buletin islam. Semoga bisa diimplikasikan bagi rekan-rekan sekalian.

Makna Lagu Pop Islami Vs Aplikasi Islam Para Penyanyinya

Jumat, 25 September 2009

Rasulullah Idola Tak Tergantikan

Sinetron Pengeruh Hati

Menghilangkan Virus–virus SeTAN STAN

NU dan Muhammadiyah Panji NKRI

Candu Teknologi dan Internet

Sodaqoh dan Arti Uang

Bahaya melazimkan Pacaran



Lagi-lagi saya mendengar seorang ulama yang berkata: “Laa Taqrobuz-zina”, yang kalau car kita orang sering menterjemahkannya dengan kalimat: “Janganlah engkau dekati zina”. Wasiat yang telah Allah sampaikan melalui Sang Utusan, Nabi Muhammad SAW ini seolah menjadi angin yang lewat begitu saja di telinga masyarakat kita.

Bagaimana tidak? Para orang tua dengan mudahnya membiarkan anak-anaknya berdua-duaan dengan mereka yang belum haknya untuk dijamah. Ketika bersua dengan tetangga, para pemuda seringkali ditanyai oleh mereka, “Sudah punya pacar?”. Pertanyaan yang begitu polos tapi sebenarnya sangat membahayakan. Yang menjadi masalah adalah ketika pertanyaan itu dilontarkan seolah mengharapkan jawaban yang mengiyakan pertanyaan itu. Yang lebih membahayakan lagi adalah ketika yang dibalas adalah jawaban kosong namun didampingi dengan sikap malu-malu seolah kalau tidak pacaran merupakan suatu perbuatan yang memalukan.

Allah Yang Maha mendengar Lagi Maha Mengetahui setiap perkataan Makhluq-Nya dan mana ucapan yang baik.

Bagi mereka yang mengetahui syariat dengan baik tentu ketika mendengarnya maka di dalam hatinya akan benar-benar mengalir kebencian. Kebencian karena dari kebiasaan melazimkan pacaran itulah sehingga maksiat mudah terjadi. Kebencian karena tidak mengharapkan murka Allah turun kepada masyarakat yang acuh tak acuh kepada hal tersebut. Kebencian yang mengalir karena telah menghina Islam dengan mengacaukan pemikiran islam yang telah dibangun sekian lama.

Rasulullah mengingatkan para orang tua untuk senantiasa menjaga anak-anaknya supaya memahami syariat dengan sebaik-baiknya. Rasulullah pun mengajari bagaimana diharamkannya zina dan balasan bagi mereka yang melakukan maksiat tersebut. Jangankan berzina, dalam suatu riwayat Rasulullah pun pernah menyinggung para pemuda yang sering berbicara yang tidak penting atau bersenda gurau kepada mereka yang bukan mahramnya. Maka, apabila pendidikan positif yang telah diajarkan Nabi itu tetap dilestarikan oleh ulama dan para orang tua yang notabene berkewajiban mendidik para generasi penerus, pastinya sudah tertanam kesadaran di hati setiap pemuda untuk menjauhi pacaran. Semakin mereka dewasa, mereka akan semakin menyadari kemaksiatan itu.

Kenyataan yang sekarang dihadapi, banyaknya pengaruh-pengaruh budaya buruk yang diimpor dari orang-orang Non-Muslim menjadi halangan besar Pendidikan Islam bagi para pemuda.

Dahulu, jangankan berpelukan, berciuman dalam dunia film dan persinetronan menjadi hal yang tabu di masyarakat. Namun kenyataannya, film porno berkembang biak sementara sinetron dan tanyangan televise semakin mengurangi standar kelulusan sensornya.

Dahulu, jarang sekali terlihat lelaki dan perempuan berpacaran dengan blak-blakan di depan umum apalagi ditambah dengan gaya glamor dan aurat yang diumbar satu sama lain. Namun sekarang, justru masyarakat siap mendukung mereka yang berpacaran dengan menyediakan barang-barang, produk jasa, dan fasilitas tempat ala tema “cinta sepasang pemuda”. Dan parahnya, hal itu dilazimkan kepada meeka yang belum menikah, bukan sebaliknya.

Dahulu, benar-benar hal yang sangat memalukan jika seorang perempuan berjilbab berpacaran. Namun sekarang, Jilbab itu hanya sebatas pakaian tanpa membekaskan nuansa Islam di hatinya. Dan anehnya, masyarakat hanya diam seribu bahasa.

Penulis membayangkan saat dimana Islam mulai ditegakkan dengan penuh perjuangan oleh Rasulullah SAW. Perjuangan yang seringkali meneteskan peluh, keringat, bahkan darah Rasulullah dan mereka yang membela beliau SAW. Oleh karena itu, perlu disadari oleh seluruh masyarakat akan kekacauan adat dan budaya yang dialami pemuda zaman sekarang yang semakin mengobarkan pertentangan terhadap syariat Islam.
Kebiasaan melazimkan maksiat ini karena kurangnya kesadaran amar ma’ruf nahi munkar.

Tugas amar ma’ruf dan nahi mungkar tidak hanya menjadi kewajiban para penguasa, tetapi tugas setiap muslim. Yang diperintahkan melakukan amar ma’ruf nahi mungkar adalah orang yang mengetahui tentang apa yang dinilai sebagai hal yang ma’ruf atau mungkar. Bila berkaitan dengan hal-hal yang jelas keharamannya seperti pacaran, maka setiap muslim wajib mencegahnya karena ia sudah mengetahui hal ini.

Dari Abu Sa'id Al Khudri radhiyallahu anhu, ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: “Barang siapa di antaramu melihat kemungkaran, hendaklah ia merubahnya (mencegahnya) dengan tangannya (kekuasaannya); jika ia tak sanggup, maka dengan lidahnya (menasihatinya); dan jika tak sanggup juga, maka dengan hatinya (merasa tidak senang dan tidak setuju) dan demikian itu adalah selemah-lemah iman”.

Mengenal Ikhwanul Muslimin

Mengenal Wahabi

Mengenal Wahabiyyah
Sebagian dari kita apalagi para mahasiswa muslim mungkin sudah mengenal istilah kelompok wahabi. Wahabi atau yang seharusnya lebih pantas disebut Wahabiyah merupakan nama yang sering kita dengar. Aliran ini lebih senang dipanggil sebagai salafi karena telah merasa menjaga manhaj salafu sholeh. Aliran yang diimpor dari Arab Saudi ini berawal dari seorang yang bernama Muhammad bin Abdul Wahab. Paham ini semakin menjamur di Indonesia dikarenakan beberapa hal diantaranya:

  1. Donasi yang kuat dari orang-orang arab untuk menyebarkan paham ini.


  2. Dakwah tulisan yang begitu sistematis. Mungkin kita sering melihat buletin Al-Furqan yang sangat keras yang isinya kadangkala mengangkat tema “kebid’ahan-kebid’ahan” di Indonesia yang sebenarnya sudah ada dasarnya namun dianggap sesuatu yang sayyiah (perbuatan jahat/tercela).


  3. Dakwah dunia maya. Kita seringkali membutuhkan artikel islami dan mendownload berupa e-book atau Pdf file supaya dapat dibaca lebih lama dengan referensi yang cukup lengkap dari Qur’an dan Hadits namun jika kita mau menelaah, banyak sekali paham Wahabiyyah masuk ke file-file PDF ini. Bagaimana tidak tertarik? Qur’an dan Hadits dengan mudah dijadikan landasan mengharamkan perbuatan baik. Padahal Qur’an dan hadits yang mereka sajikan sama sekali tidak ada pelarangan atasnya.


  4. Doktrin ini mudah menyebar di lingkup mahasiswa. Entah kenapa orang-orang ini mudah sekali dilihat dari fisik. Perawakan mereka umumnya tidak pernah mengenakan sarung melainkan hanya sampai setengah betis. Kadangkala jenggot dibiarkan terburai meski tidak rapi. Kadangkala pula bercelanapun mereka potong supaya tetap di atas mata kaki. Ini hanya gambaran umum orang-orang yang penulis sering temui di masjid-masjid yang notabene dipakai pengajian orang-orang wahabiyah seperti di Masjid An-Nashr di sebelah barat STAN. Namun supaya tidak bersu’udzon, tentunya dengan bertanya langsung masalah aqidah kepada mereka.


  5. Jalur Haji. Arab Saudi sebagai Negara yang telah terikat paham wahabi sejak beberapa tahun lamanya semenjak Muhammad bin Abdul Wahab diangkat sebagai mufti Arab Saudi kini harus berkutat pada pengurusan Haji ala wahabi. Golongan Ahlussunnah Wal jamaah bermadzhab tentunya seringkali gerah dengan kelakuan orang-orang wahabi ketika golongan tersebut menunaikan haji. Tentara/satpam-satpam pengurus haji seringkali usil, mereka dengan mudahnya mengatakan Syirik! Syirik! Hanya karena para hamba Allah sedang mencium hajar aswad atau sedang berziarah ke makam Nabi dan hal-hal eksentrik lainnya. Jamaah Haji juga biasanya diberikan buletin atau buku kecil tauhid dsb yang dibuat orang-orang wahabi ini.



Berikut ini artikel mengenai Wahabi yang saya dapatkan dari situs www.darulfatwa.org.au


Muhammad ibn Abdul Wahhab (Perintis gerakan Wahhabiyyah) adalah seorang yang tidak diakui keilmuannya oleh para ulama. Bahkan saudaranya; Sulaiman Ibn Abdul Wahhab menulis dua buah karya bantahan terhadapnya. Ini ia dilakukan karena Muhammad ibn Abdul Wahhab menyalahi apa yang telah disepakati oleh kaum muslimin baik di daerahnya maupun di tempat lain, baik dari kalangan pengikut mazhab Hanbali maupun pengikut mazhab lain. Bantahan pertama berjudul ( الصواعق الإلهية ) dan yang kedua berjudul (ابخطاب فالرد على محمد بن عبد الوهاب). Begitu juga seorang ulama madzhab Hanbali ternama, seorang mufti Makkah pada masanya, Syeikh Muhammad ibn Humaid tidak menyebutkan nama Muhammad ibn Abdul Wahhab dalam jajaran ulama mazhab.
Hanbali, padahal dalam kitabnya berjudul (الوابلة على ضرائح الحنابلة السحب) ia menyebutkan sekitar 800 ulama laki-laki dan perempuan dari kalangan mazhab Hanbali. Yang disebutkan dalam kitab tersebut adalah biografi ayahnya; Syeikh Abdul Wahhab. Syeikh Muhammad ibn Humaid menyebutkan keilmuan ayahnya dan menyebutkan bahwa ayahnya ini semasa hidupnya sangat marah terhadap Muhammad tersebut dan memperingatkan orang-orang untuk menjauh darinya. Ayahnya berkata: يا ما ترون من محمد من الشر (Kalian akan melihat kejahatan yang akan dilakukan oleh Muhammad). Syeikh Muhammad ibn Humaid wafat sekitar 80 tahun setelah Muhammad Ibn Abdul Wahhab.
Muhammad ibn Abdul Wahhab telah membuat agama baru yang diajarkan kepada pengikutnya. Dasar ajarannya ini adalah menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya dan meyakini bahwa Allah adalah benda yang duduk di atas Arsy. Keyakinan ini jelas penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya, karena duduk adalah salah satu sifat manusia. Dengan ajarannya ini, Muhammad ibn Abdul Wahhab telah menyalahi firman Allah:
( ليس كمثله شىء ] (الشورى: 11 ]
Maknanya: “Dia (Allah) tidak menyerupai segala sesuatu dan tidak ada sesuatupun yang menyerupaiNya”. (Q.S. as-Syura: 11)
Para ulama salaf bersepakat bahwa barangsiapa yang menyifati Allah dengan salah satu sifat diantara sifat-sifat manusia maka ia telah kafir. Sebagaimana telah ditulis oleh Imam al-Muhaddits as-Salafi at-Thahawi (227 - 321 H) dalam kitabnya yang terkenal dengan nama ( العقيدةالطحاوية ) teks pernyataannya adalah: "ومن وصف الله بمعنى من معاني البشر فقد كفر" Maknanya: "Barang siapa mensifati Allah dengan salah satu sifat dari sifat-sifat manusia, maka ia telah kafir”.
Di antara keyakinan golongan Wahhabiyyah ini adalah mengkafirkan orang yang berkata: “Yaa Muhammad…”, mengkafirkan orang yang berziarah ke makam para nabi dan para wali untuk bertabarruk (mencari barkah), mengkafirkan orang yang mengusap makam para nabi untuk bertabarruk, dan mengkafirkan orang yang mengalungkan hirz (tulisan ayat-ayat al-Qur’an atau lafazh-lafazh dzikr yang dikalungkan di leher) yang di dalamnya hanya bertulis al-Qur’an dan semacamnya dan tidak ada sama sekali lafazh yang tidak jelas yang diharamkan. Mereka menyamakan yang memakai hirz ini dengan penyembah berhala. Mereka dalam hal ini telah menyalahi para sahabat dan orang-orang salaf yang shalih. Telah menjadi kesepakatan bahwa boleh berkata “Ya Muhammad…” ketika dalam kesusahan. Semua umat Islam bersepakat tentang kebolehan ini dan melakukannya dalam praktek keseharian mereka, mulai dari para sahabat nabi, para tabi’in dan semua generasi Islam hingga kini. Bahkan Imam Ahmad ibn Hanbal; Imam Mazhab Hanbali yang mereka klaim di negeri mereka sebagai mazhab yang mereka ikuti, telah menyatakan kebolehan menyentuh dan meletakkan tangan di atas makam Nabi Muhammad, menyentuh mimbarnya dan mencium (kedua)nya apabila diniatkan untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan bertabarruk. Hal ini ia sebutkan dalam kitabnya yang sangat terkenal berjudul (الجامع في العللومعرفة الرجال). Mereka telah menyimpang dari jalur umat Islam dengan mengkafirkan orang yang beristighatsah kepada Rasulullah dan bertawassul dengannya setelah wafatnya. Mereka berkata: “Bertawassul dengan selain yang hidup dan yang hadir (ada di hadapan kita) adalah kufur”. Atas dasar kaidah ini, mereka mengkafirkan orang yang berbeda pendapat dengan mereka, dan menghalalkan membunuhnya. Pemimpin mereka Muhammad ibn Abdul Wahhab berkata: “Siapa yang masuk dalam dakwah kita maka ia mendapatkan hak sebagaimana hak-hak kita dan memiliki kewajiban sebagaimana kewajiban-kewajiban kita dan barang siapa yang tidak masuk (dalam dakwah kita) maka ia kafir dan halal darahnya”.
Bagi yang hendak mengetahui secara luas tentang dalil-dalil yang membantah pernyataan-pernyataan mereka, silahkan membaca kitab-kitab yang banyak ditulis dalam bantahan kepada mereka seperti kitab yang berjudul ( (الرد المحكم المتين karya seorang muhaddits daratan Maghrib yaitu Syeikh Abdullah al-Ghammari dan kitab yang berjudul ( المقالات السنية في كشف ضلالات أحمد بن تيمية ) karya muhaddits daratan Syam; Syeikh Abdullah al Harari. Kitab yang terakhir disebut ini dinamakan demikian karena Muhammad ibn Abdul Wahhab mengambil paham dalam mengharamkan tawassul kecuali dengan orang yang hidup dan yang hadir dari kitab-kitab ibn Taimiyyah (W 728 H). Padahal Ibn Taimiyah menyarankan bagi orang-orang yang terkena semacam kelumpuhan (al-Khadar) pada kaki, hendaklah mengucapkan: "Yaa Muhammad...”.
Pernyataan Ibnu Taimiyah ini ia tulis dalam karyanya ( الكلم الطيب ) terbitan al-Maktab al-Islami, cet. Ke-5 tahun 1405 H/1985 M. Pernyataannya ini menyalahi apa yang ia tulis sendiri dalam karyanya at-Tawassul wa al Wasilah. Muhammad Ibn Abdul Wahhab mengambil paham dalam mengharamkan tawassul dari kitab at Tawassul wa al Wasilah dan tidak menyetujui apa yang ditulis Ibnu Taimiyah dalam kitab a- Kalim ath-Thayyib.
Faedah:
Para ahli fiqh, hadits, tafsir serta kaum sufi di segenap penjuru dunia Islam telah menulis banyak sekali (lebih dari seratus) risalah-risalah kecil atau buku-buku khusus untuk membantah Muhammad Ibn Abdul Wahhab dan para pengikutnya.
Diantaranya adalah Syeikh Ahmad Ash-Shawi al- Maliki (W 1241 H), Syeikh Ibnu 'Abidin al-Hanafi (W 1252 H), Syeikh Muhammad Ibn Humaid (W 1295 H) mufti Mazhab Hanbali di Mekah al-Mukarramah, Syeikh Ahmad Zaini Dahlan (W 1304 H) mufti mazhab Syafi’i di Mekah al-Mukarramah dan ulama lainnya.